Mohon tunggu...
Mustyana Tya
Mustyana Tya Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis, jurnalis dan linguis

Seorang pejalan yang punya kesempatan dan cerita

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Museum Tionghoa, Makanan Halal, dan Masjid di Chinatown Singapura

25 Maret 2023   15:14 Diperbarui: 25 Maret 2023   15:21 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Di hari selanjutnya yaitu hari ketiga, saya memutuskan ikut bersama tim untuk berfoto di salah satu mural ikonik yang dibuat oleh Yip Yew Chong, seniman muda Singapura. Dia juga bertanggung jawab melukis beberapa mural di daerah China Town ini. Mural yang dibuat dia memang mencerminkan kehidupan warga Tionghoa di berbagai zaman dan ciri lainnya benar-benar kaya warna.

Dari sini saya bergeser ke Masjid Chulia yang berada di kawasan Pecinan ini. Saya pikir ini adalah masjid yang memang dikhususkan oleh masyarakat Tionghoa tetapi setelah saya baca, masjid merupakan peninggalan komunitas Chulia yang tinggal di Selatan India. Jadi pemerintah memberikan masjid ini sebagai waqaf untuk komunitas ini yang desain arsitekturnya juga bercampur dengan era kolonial gitu. Saya mampir sebentar ke masjid yang sepi tapi bersih ini. Sama seperti masjid pada umumnya di Indonesia, masjid ini juga sepi dari pengunjung.

Dari masjid, saya jalan sebentar untuk menyasar Yue Hwa yang merupakan pertokoan produk-produk China. Sayangnya, pertokoan ini sedang tutup maka saya memutuskan untuk langsung menuju China Heritage Center yang juga bisa ditempuh jalan kaki. Hari masih tergolong pagi, tapi China Town yang sudah dikenal sebagai surganya belanja oleh-oleh sudah mulai hidup. Makanya tak heran orang-orang China ini lah yang hampir menguasai separuh dunia hahaha.

Salah satunya juga mungkin berkat bebatuan yang diklaim membawa keberuntungan yang banyak dijual di sini. Nah, karena penasaran saya pun nyoba beli dan buat ini tapi bukan buat saya sih buat temen-temen. Makanya pun saya tanya-tanya soal batu ini ternyata ini sebenernya bukan batu-batu yang mahal gitu cuma seperti batu sintetis ya, dan bisa diukir tuh namanya. Kemudian masing-masing warna juga melambangkan berbagai macam warna, misalnya kemakmuran, cinta dan lain-lain. Unik juga ya. Harganya pun mulai sekitar 5 dolar dan bisa lebih tergantung jenis batu dan juga seberapa besar ukurannya.

Ok, balik lagi nih ke museum Chinese Heritage Center. Harga tiket masuknya lumayan Rp 200 ribuan dan ini worthed sih secara museum ini besar banget ada 3 lantai dan luas banget. Kita dibawa dari masa ke masa saat imigran China datang ke Singapore ratusan tahun lalu. Sama seperti orang-orang Tionghoa pada umumnya sejak dulu mereka piawai berdagang. Jadi saat gelombang imigran China datang ke Singapura, mereka langsung mencari penghidupan dari berdagang. 

Di lantai satu ini adalah rumah si pemilik (ceritanya) yang seorang penjahit. Di berbagai perabot ini ada nomor-nomor yang jadi acuan kita kalau mau dengar informasinya. Jadi kamu akan dikasi alat, guide yang menceritakan kisah di balik diorama ini. Uniknya semua disusun dan dibuat sedemikian nyata bahkan termasuk lauk-pauk di lemari. Keren banget! di lantai satu ini ada beberapa ruang, seperti kamar tidur, dapur, sampai toilet.

dok pribadi
dok pribadi
Naik ke lantai 2, kita disuguhkan dengan berbagai bilik yang disewakan si empunya rumah. Bilik-bilik ini dihuni oleh berbagai profesi seperti tukang angkut, tukang roti sampai mucikari. Oleh karena itu setiap bilik mempunyai karakternya masing-masing. Nah mulai di lantai 3, adalah diorama masa para Tionghoa mulai bertransformasi ke kehidupan modern. Mereka mulai terang-terangan masuk ke industri dan juga menampilkan banyak pertunjukan seni mereka, contohnya opera. Sampai kemudian mereka bisa berbaur bahkan mendominasi masyarakat di Singapura ini.

dok pribadi
dok pribadi

dok pribadi
dok pribadi

Gak kerasa sudah hampir setengah hari saya di sini, langsung buru-buru keluar dan tancap gas ke Chinese Food yang diketahui halal di daerah Chinatown ini namanya Segar Restaurant. Saya memesan makanan yang belum pernah saya cicipi sebelumnya ada sekitar 5 menu yang  saya pesan lalu kemudian bingung ngabisinnya. Sebenernya kan mau review aja makanan buat konten dan kebetulan dikasi dana untuk makan di restoran seperti ini. Nah, di saat ini lah saya berkenalan dengan ibu dan anaknya yang kecil asal Surabaya. Ternyata anak pertamanya itu kerja di Singapura dan mereka lagi kunjungan. Jadi lah kami mengobrol dan berbagi makanan, hehehe. Seneng banget ya.

Setelah berbincang, saya memutuskan kembali ke hotel karena ada 2 rencana tempat lagi yang harus terpenuhi, yaitu kuil tertua di Singapura dan juga Skydeck yang jadi tempat tertingginya di Singapura. Mau tahu keseruannya. Tungguin terus.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun