Mohon tunggu...
Mustyana Tya
Mustyana Tya Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis, jurnalis dan linguis

Seorang pejalan yang punya kesempatan dan cerita

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Masjid Tersembunyi hingga Toko Souvenir Anti Mainstream di Singapura

1 Februari 2023   10:26 Diperbarui: 1 Februari 2023   10:38 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wihh Singapura lagi, mungkin 30% penduduk Indonesia udah pernah kali ya ke sini. Kata orang kalau mau lihat gimana rasanya berada di luar negeri, coba pergi ke Singapura. Memang, walau sesama Asia Tenggara, tapi gaya, habit hingga culture orang sini ga kerasa seperti di Asia.  Tapi kok saya pikir lama kelamaan orang Jakarta khususnya dari SCBD dan anak Jaksel udah anak Singapura banget dah. Begitupun dengan segala hiruk pikuk perkotaan, gedung menjulang, kebiasaan pegang HP, sampai nongkrong di cafe.  

Kebetulan kali ketiga saya ke Singapura ini disponsori oleh tourism sana yang memastikan saya harus mengulas banyak hal di negara ini. Bahkan sendirian. Sebenernya saya barengan sama teman tim saya, tapi karena kami punya jobdesk masing-masing dan saya bagian konten artikel makanya saya harus ke banyak tempat untuk ini. Saya pikir, ini akan menarik dan lebih bebas tapi justru ini membuat saya kerepotan sendiri.  Kok bisa? padahal saya dikasih uang, tiket kemana saya mau tapi.... baca dulu deh tulisan saya ini.

Di hari pertama, sampai di Singapura sudah siang menjelang sore, agenda kami hari ini cuma mengunjungi Masjid Al Falah yang letaknya di pinggiran Orchard Road. Masjid ini  bersih sebagaimana masjid-masjid yang akan saya temui nanti. Nothing kotor-kotor lah. Bahkan masjid ini ada area anak dan kerasa banget adem banget ini masjid. Kami menunaikan salah jamak qasar kami dan masjid ini menjadi awal permulaan saya ke masjid-masjid selanjutnya. Dari sini kita ke Orchard  yang terkenal dengan pusat perbelanjaannya alias mal. Sembari menonton tim saya syuting, saya sudah harus bersiap untuk besok ke banyak tempat. Ke mana saja?

Pertama, pagi-pagi betul dengan Uber Car saya sudah minta diantar ke Masjid Hajjah Fatimah yang terletak di area Kampung Gelam. Dibandingkan masjid Sultan, masjid ini tergolong tersembunyi walau terletak di pertokoan tetapi kebanyakan punya tionghoa.  Ini masjid yang baru saya temui menggunakan nama wanita, unik ya. Ternyata di balik pembangunan masjid ini ada juga ceritanya. Jadi si Hj Fatimah ini merupakan saudagar kaya yang menikah dengan pangeran Bugis.

Suatu ketika, di tahun 1845-an dia mengalami pencurian, beruntung saat itu dirinya tidak terluka. Sejak saat ini dia pun mendedikasikan sebagian hartanya untuk membangun masjid atas namanya yang dirancang oleh arsitek dari Inggris. Dia juga katanya dimakamkan di sini tapi gak tau dah tuh sebelah mana. Memasuki masjid ini, seperti memasuki rumah orang karena sepi banget. Gak ada satu orang pun di dalam masjid, tanpa sadar, saya jalan pun menggendap-endap. Apalagi ini bukan waktu salat jadi pasti orang bertanya dan mencurigai buat apa saya di sini. Saya pun buru-buru menjepret sana sini. Termasuk tempat wudu yang memang sebagian besar didesain dengan tempat duduk.

Dok Pribadi
Dok Pribadi
Setelah, dirasa sudah ok, saya mencari spot berita selanjutnya yaitu dekat  Aliwal Street & Ellio ada beberapa shop yang harus saya kunjungi untuk mencari bahan berita. Di daerah gang sempit ini ternyata berjejer banyak restoran dan toko-toko souvenir tapi bukan untuk oleh-oleh ya, lebih ke pernak pernik pada umumnya. Toko pertama yang menarik perhatian saya adalah toko-toko yang menjual batik-batik dari Indonesia. Lalu saya cek kualitas batik mereka, ternyata tipis dan panas. Saya pun tanya macam-macam dan saya bilang saya bisa dapat batik dengan kualitas lebih baik dan harga yang lebih murah lho. Ternyata, ini jadi pikiran terus hingga saya berhasil membuka bisnis ekspor pertama saya ke Singapura tahun lalu. Walau cuma bertahan beberapa bulan cuma cuan yang dihasilkan berlimpah. Saya berhenti karena sudah semakin sibuk dan bertengkar dengan rekan saya wkwkwk

Di toko batik ini juga, ada bapak-bapak yang mencari batik katanya dia mau kondangan. Sama ya kayak Indo, kalau mau kondangan pasti paling aman pake batik ya. Lepas dari sini, saya mampir ke toko souvenir etnik namanya The Silver Triangle di Haji lane . Masuk di toko ini, aura udah kerasa beda. Si mba-mba penjaga gak merhatiin saya masuk--sibuk sama hape-- jadilah saya mengembara di dalamnya sendirian. Ada foto-foto yang membuat saya terpukau. Jajaran foto-foto bule dengan orang-orang dari suku-suku di pedalaman Bhutan atau Vietnam atau Laos, lupa deh. Dan pemiliknya memang memberdayakan mereka untuk membuat kerajinan yang dijual di Singapura ini. Wow banget, baru nemu nih toko dengan konsep pemberdayaan ini dari luar negeri pula, keren. Makanya saya beli beberapa aksesorinya sebagai donasi juga ya ga si. Belakangan saya cari tahu lagi mengenai toko ini ternyata sudah tutup permanen guys, kayaknya dampak covid. Duh kasian dong suku-suku pedalaman ini gak diberdayakan lagi.

Dok Pribadi
Dok Pribadi
Tak berapa jauh dari sini saya mampir ke Alternative Store yang dari luar tampilannya udah nyetrik banget dengan bendera-bendera yang suka kita lihat menggantung di Himalaya. Masuk ke dalam langsung seeeettt... aroma apa nih, tajam bener. Ternyata ada banyak wewangian yang ditawarkan di sini ala-ala minfulness, meditasi, dan sebagainya. Berbagai pernak-pernik eksotis dan wewangian di pajang di sana sini. Saya pun garuk-garuk kepala kebingungan, sampai disamperin sama shop assisntantnya dan ditanya mau beli apa, nah loh. Karena sudah merasa tidak nyaman, apalagi dengan cat hitam di mana-mana serasa masuk ke dunia gelap gitu, saya langsung keluar.

Dok Pribadi
Dok Pribadi
Nah baru di toko ketiga, saya merasa nyaman dan aman. Nama tokonya SSFW, sama juga di Haji Lane. Toko yang terasa sangat wanita ini memang menjual aksesori wanita yang minimalis dan cantik banget. Harganya juga buat nyali menciut ya hahaha. Dan mereka rupanya membuat sendiri segala perhiasan di sini, memang iya juga sesuai konsep mereka yang shine bright jadi kerasa bright di sini walaupun kumal abis jalan-jalan kemana-mana. Si shop assistant pun bertanya mana perhiasan yang buat saya tertarik? Langsung saya ngacir karena ga tahan ngelihat harganya yang sudah jutaan rupiah kalau dirupiahkan, hahaha. Nasib anak yang masih gaji lebih dikit dari UMR.

Dok Pribadi
Dok Pribadi
Dirasa sudah cukup, saya memutuskan ke tempat selanjutnya. Kali ini saya mau lihat orang-orang Singapura menghabiskan sore mereka dengan piknik. Mau tau di mana? ikutin terus ceritanya di sini.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun