Mohon tunggu...
Mustyana Tya
Mustyana Tya Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis, jurnalis dan linguis

Seorang pejalan yang punya kesempatan dan cerita

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Cerita Perjuangan Raih Wangi Surga Hajar Aswad

29 September 2018   19:49 Diperbarui: 29 September 2018   19:55 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita umrah adalah cerita yang banyak dinantikan keluarga di Tanah Air. Rata-rata pasti bertanya cerita-cerita unik atau sarat pelajaran yang bisa dibagikan, misalnya kena azab (Nauzubillah), seru, lucu, sampai sedih. Gara-gara cerita ini juga banyak yang khawatir ke Tanah Suci, takut kena sesuatu katanya bergantung dari amalan kita. Mau apapun itu, cerita meraih Hajar Aswad adalah cerita yang paling membanggakan yang bisa saya kasih ke kalian semua. Kenapa? Sebab situs sakral ini adalah tempat yang paling susah dicapai. Perlu perjuangan tinggi, sampai-sampai menciptakan calo-calo untuk bisa membantu orang yang kebelet pengen cium ini benda yang sesuatu banget. Gimana ga sesuatu, kalau Rasulullah udah nyontohin dan pasti berpahala. 

Sebenarnya aksi terobos Hajar Aswad adalah hal yang spontan bagi saya dan keluarga. Saat itu sehabis Zuhur, saya dan keluarga memutuskan mencoba masuk ke dalam massa yang berdesakan, berebut untuk mencium benda suci itu. Jangan tanya apa yang saya rasakan. Terdorong, terlempar sampai berkali-kali. setiap mencoba masuk. Apalagi badan saya nan mungil ini terdorong ke luar. 

Strategi pertama saya dan keluarga saya yang terdiri dari ayah, ibu dan adik ini adalah membuat benteng. Dimana urutannya ayah, adik, saya baru mama. Pertama kami coba masuk dan menepi dari pintu Mustajam. Tapi kami terlempar-terlempar lagi dengan badan orang-orang asing yang besar-besar. Setiap masuk ke medan itu, ada Bismillah yang selalu terujar, berharap diberi kemudahan. 

Percobaan kedua benteng kami hancur, tapi ayah adalah orang yang membuka jalan. Segenap tenaga dia kerahkan, dan rupanya tenaga saya saat itu juga kuat berkat latihan naek kereta Sudirman setiap pagi yang dempet-dempetannya sama sebelas dua belas sama kayak kondisi waktu itu.  Seperti boomerang, kami terlempar keluar namun tak disangka justru lemparan itu membuat kami semakin dekat dengan lubang nan suci itu.

Dokpri
Dokpri
Kami semakin semangat saling berteriak, "ayo bisa bisa!" adik saya tidak tahu sudah terlempar kemana, hingga tak disangka kami akhirnya berada tepat di depan lubang itu dengan formasi mama, saya, ayah yang tangan kami saling melingkupi dan menjaga satu sama lain. Di depan lubang mama merosot karena tenaga habis. "Ayo-ayo berdiri mah".  Mama saya mencium sedalam-dalamnya sampai 2 kali. Setelah itu mama menunduk memberikan kesempatan saya mencium wanginya surga itu. 

Mirip orang menarik napas saat habis pendinginan olahraga, saya hirup sedalam-dalamnya wangi tersebut. Terlepas, konon katanya Hajar Aswad diberi wewangian kasturi, saya justru menciumnya sangat segar.... segar sekali seperti mencium pethicor atau aroma sehabis hujan. Sejuk dan menenangkan, membuat saya terasa tak sedang di bumi. Setelah puas, saya menunduk, giliran ayah saya. setelah semua cukup... kami pun terlempar dengan mama yang sudah merosot ke lantai. Saya pegangi dan papah dia ke pinggir. Sementara ayah saya mencari adik saya yang hilang entah kemana. 

Mungkin cuma adik saya, yang harus ekstra perjuangan, karena dia harus 3 kali mencoba. Pertama bersama kami, lalu setelah salat Tahajud dan terakhir setelah dhuha. Cerita perjuangan dia juga antara lucu dan mengenaskan. Gimana enggak, dia nyaris telanjang saat terlempar atau gesepernya lepas atau kena ketek orang arab....wkwkw... tapi akhirnya berhasil. Lagi-lagi itu bukan karena usaha dia semata, tapi doa mama saya. 

Jadi ceritanya begini, sebelum umrah perpisahan, saya dan mama beserta rombongan emak-emak mencoba peruntungan kembali mengejar aroma Hajar Aswad terakhir.

Seperti semut kami menepi dan berbaris menempel di tepi Kakbah. Di depan rupanya si adik sudah berjuang duluan. Oke semua tentang harga diri dan gengsi karena semua anggota keluarganya sudah cium Hajar Aswad. Maka mama pun langsung memanjatkan doa agar si adik diberi kelancaran dan kemudahan dan akhirnya dia berhasil. Tapi sayangnya si mama lupa mendoakan anak yang satunya lagi, iyak saya. 

Saya yang mengikuti barisan emak-emak ini, tanpa terduga merosot ke bawah lantai. Saya terpisah dari barisan ibu-ibu. Ditambah ada jemaah Indonesia laki-laki yang menyerobot antrean. Padahal si mama udah ngomel-ngomel sampe dicubit itu bapak-bapak karena buat semua berantakan dan terjadi adu fisik. Di antara kejadian itu, saya merosot ke lantai karena kaus kaki yang licin, saya enggak bisa berdiri semua mengerubungi, tak ada oksigen. "Yah, kalau mau mati di sini saya ikhlas lah?" begitu ucap saya dalam hati. 

Tapi bukan orang tua kalau gak memperjuangkan buat anaknya. Beda dari sebelumnya, si mama kini bertenaga menarik tangan saya. Bukan cuma itu, saya digeret dan kepala saya diceplungin ke lubang Hajar Aswad saya hidup sebentar lalu si mama udah langsung narik jilbab saya supaya gak terjebak hingga rambut saya kelihatan -_-

Ini sesuatu yang mengesalkan sekaligus heroik. Alhamdulillah saya deklarasikan saya telah menghirup aroma surga Hajar Aswad dua kali. Tanpa bermaksud ria, cerita ini sebenernya lebih untuk motivasi bagi kalian yang pengen deketin batu surga itu. Modalnya cuma percaya, kerja keras  dan doa dan well, itu sama seperti hidup kan. Jadi semoga terinspirasi kalian semua. Semangat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun