Mohon tunggu...
txtdaripolitikus
txtdaripolitikus Mohon Tunggu... Konsultan - Mari merubah peradaban melalui tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Agent of change

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik Tasik Makin Gak Asyik!

2 Maret 2021   12:21 Diperbarui: 2 Maret 2021   12:41 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ia mempelopori strategi menjadikan PPP "seolah-olah" partainya Orang NU di masa itu. Tentu saja sangat berhasil, karena orang NU sendiri yang notabene pendukung GusDur didepak oleh PPP untuk mendapatkan posisi Wakil Presiden melalui Megawati. 

Sekali lagi, strategi Tatang memang berhasil menenangkan massa NU di Tasik agar tetap merasa dekat dengan kekuasaan. Sejak saat itu, kekuatan politik PPP menjadi sangat kuat bagi masyarakat Tasik.

Kekuatan yang dibangun Tatang lempar estafet kepada UU Ruzhanul Ulum yang melanjutkan penguasaan kursi Bupati. 

Saya ulas lagi, UU adalah Bupati Tasik yang juga menjabat selama 2 periode, dari 2011 s.d. 2020, namun di tengah jalan ia mundur karena mencalonkan diri menjadi Wakil Gubernur Jawa Barat.

UU merupakan pimpinan Pondok Pesantren Miftahul Huda, Manonjaya yang merupakan salah satu Pondok Pesantren terbesar di Tasik. Ia merupakan cucu pendiri pesantren tersebut (KH. Khoer Affandi) yang sangat dihormati masyarakat NU. Hal itu, menjadi bukti kuat bahwa tokoh pemuka agama dan santri bisa menjadi orang nomor satu di Tasik, dan PPP sebagai kendaraan politiknya.

Kepergian UU sebenarnya petaka bagi PPP, karena pada pemilu legislatif 2019, kader PPP hanya meraih 7 suara. Komposisi politik di tingkat DPRD Tasik dari hasil pemilu legislatif 2019 sampai saat ini, bahwa dari 7 Fraksi yang terpilih pada DPRD Kabupaten Tasikmalaya yang terbanyak meraih suara adalah Gerindra 9 Kursi, PKB 8 Kursi, Golkar 7 Kursi, PPP 7 Kursi, PDIP 6 Kursi, PAN 5 Kursi, Demokrat 5 Kursi dan terakhir PKS 3 Kursi.

Komposisi itu jelas menandakan perubahan kekuatan politik di Tasik, PPP tidak lagi dominan, melainkan digantikan oleh Gerindra. Perubahan ini dikaitkan dengan elektabilitas Prabowo sebagai Capres tandingan Jokowi pada Pilpres 2019, dimana Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu kantong pendukung Prabowo.

Pilkada 2020, semakin membuktikan bahwa PPP sudah setengah loyo. Ia hanya mengusung kadernya menjadi pasangan calon wakil Bupati dari petahana. Sementara itu, Gerindra mulai mengusung kandidat paslon secara mandiri. 

Bahkan, Gerindra berhasil membajak ketua PKB Cabang Tasik (Haris Sanjaya) dan dititipkan sebagai kandidat dari partai Demokrat untuk menjadi calon wakil Bupati. Berikut susunan paslon cabup dan cawabup Tasik pada Pilkada 2020 :

  • Azies Rismaya Mahpud (Gerindra) -- Haris Sanjaya (Demokrat).
  • Ade Sugianto (PDI-Perjuangan) -- Cecep Nurul Yakin (PPP)
  • Cep Zamzam Dzulfikar Nur -- Padil Karsoma sebagai kandidat independen dan didukung penuh oleh mentornya Tatang Farhanul Hakim.
  • Iwan Saputra -- Iip Miptahul Paoz didukung 5 partai besar yaitu PKB 8 Kursi, Golkar 7 Kursi, PAN 5 Kursi, PKS 3 Kursi dan Nasdem.

Yang menarik dari susunan para paslon di atas, pada paslon 1 sudah saya ulas di atas bahwa terjadi pembajakan Ketua PKB oleh Gerindra, lalu kemudian diusungkan sebagai wakil dari Demokrat. 

Pada paslon 2, Ade Sugianto sebagai petahana merupakan limpahan dari UU yang merupakan kader PPP, tapi kader PPP selanjutnya hanya mampu menjadi calon wakil saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun