Merangsang Literasi Sejak Dini Lewat Membuat Kliping
Kata kuncinya adalah Anak- anak sekolah
Bagaimana upaya menumbuhkan minat soal kegiatan ber literasi.
Permasalahan ini cukup berlika liku , jikalau hanya dibahas begitu saja tanpa kita coba dengan berbagai upaya, demi terwujudnya generasi yang memang mencintai dunia literasi secara dasar. Tahu huruf , lalu bisa baca dan bisa nulis, merupakan tahap awal menuju terciptanya budaya literasi yang mencakup tujuan yang lebih luas.
Bisa baca, tanpa mengeja satu per satu huruf, adalah suatu pencapaian yang bagus seblum nantinya kita coba melangkah untuk membiasakan anak untuk membaca sebuah buku, minimal 5 halaman setiap harinya.
Kalau dihitung, misalkan jumlah halaman sebuah buku sebanyak 50 halaman, diluar cover, pengantar, daftar pustaka dan sebagainya, setidaknya dalam 10 hari, seorang anak akan mampu menyelesaikan kegiatan membaca buku sebanyak 1 eksemplar.
Jika dilipatkan dalam sebulan, tentu 3 buku akan habis dibaca sekaligus akan mampu dipahami soal isi, pesan, bahkan harapan tentang buku yang dibaca. Jelas pencapaian ini akan menjadi tumpuan kedepan dalam membudayakan gemar membaca pada genarasi muda.
Soal digital, kita tidak bisa pungkiri bahwa buku digital memiliki nilai yang berbeda dengan buku yang tercetak. Akan tetapi, lewat sebuah sentuhan tiap halaman, maka soal kesan dan kewajiban pembaca untuk merawat koleksi akan lebih terlihat dengan dasar kecintaan yang melekat.
Sekarang kita lanjut ke tujuan yaitu kliping. Mengapa saya memilih sebuah metode pendekatan membaca dan menulis melalui kliping. Dalam penjelasan mengenai kliping, dimana kliping diartikan sebagai sebuah kegiatan menggunting atau memotong bagian- bagian tertentu berupa informasi dari media cetak seperti koran, majalah atau sejenisnya yang kemudian di tempel pada media kertas, karton atau lainnya sebagai bahan dokumentasi sebuah peristiwa atau nilai informasi yang bermanfaat.
Selain itu beberapa manfaat lain dari kegiatan membuat kliping diantaranya :
