Bulan Ramadan tidak bisa dipisahkan dengan momen berburu makanan berbuka alias takjil. Istilah "war takjil" bahkan menjadi tren di media sosial seperti Tiktok dan Instagram.
Uniknya, war takjil tidak hanya diikuti oleh umat muslim yang melaksanakan puasa, tetapi juga masyarakat non muslim yang ingin mencicipi nikmatnya makanan berbuka. Alhasil istilah "war" yang berarti perang, kini merujuk pada solidaritas antar umat beragama.
Sayangnya, momen berburu takjil juga menjadi momen penumpukan sampah.
Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), terdapat peningkatan sampah sebanyak 20% selama Ramadan.
Sampah yang meningkat umumnya berupa sisa makanan, batok kelapa, ampas tebu dan kemasan plastik pembungkus takjil, seperti yang diungkap Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota (DLHK) Banda Aceh, Hamdani, dalam Tribun News.
Baca juga: Bulan Ramadan, Jangan Sampai Kalap dan Buang-buang Makanan
"War Takjil" Tanpa Nyampah
Bulan Ramadan yang penuh berkah, rasanya tidak elok jika disandingkan dengan peningkatan jumlah sampah.
Apalagi di bulan puasa kita diajarkan untuk menahan, baik itu menahan makan, minum, dan segala yang dapat bermuara pada dosa, termasuk dosa (sampah) untuk bumi.
Dalam war takjil tahun ini, yuk sama-sama kita terapkan aksi "menahan" sampah untuk bumi lesatri dengan beberapa langkah seperti:
Baca juga: Saatnya Terapkan Gaya Hidup Minim Sampah di Tahun 2025
1. Gunakan tumbler untuk jajan es
Es adalah salah satu menu yang paling dicari oleh para pemburu takjil. Rasanya yang segar dan manis menjadi penawar dahaga setelah puasa seharian.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!