"Kau demam, Jo?"
Raden Soerjo tetap diam. Ia memilih makan dengan kecepatan lamban.
"Cintamu tertolak?" tanyamu asal.Â
Setelah didiamkan lagi, kau beranjak mandi. Mungkin Raden Soerjo butuh waktu untuk menikmati patah hatinya sendiri.Â
Namun sorenya, hal yang tak pernah kau sangka tiba. Raden Soerjo terbaring kaku di tempat biasa ia tidur.
"Jo?" Kau memekik. Hampir-hampir menangis.
Ingatan tentang Raden Soerjo berdesakan ingin keluar: Hari pertama tiba. Kala berbagi ayam goreng bersama. Tidur di dipan yang sama. Pertanyaan pernyataan melantur di siang bolong. Hingga Raden Soerjo memilih pergi demi sepotong cinta yang kopong!
Kau mengubur Raden Soerjo di bawah pohon Salam. Tak ada upacara, tak ada karangan bunga. Raden Soerjo terbaring sederhana. Berselimut tanah, dan daun salam yang terbang tak tentu arah.
--
TS/ 17 Juli 2022
In memory of: Raden Mas Tirto Adi Soerjo ( Dec'19 - Jul'22)