Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Akuntan - Lifelong Learner

hidup sangatlah sederhana, yang hebat-hebat hanya tafsirannya | -Pramoedya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Perayaan Kehilangan

17 Juli 2022   13:48 Diperbarui: 17 Juli 2022   13:52 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi oleh Mustafa | Pexels.com

"Kau demam, Jo?"

Raden Soerjo tetap diam. Ia memilih makan dengan kecepatan lamban.

"Cintamu tertolak?" tanyamu asal. 

Setelah didiamkan lagi, kau beranjak mandi. Mungkin Raden Soerjo butuh waktu untuk menikmati patah hatinya sendiri. 

Namun sorenya, hal yang tak pernah kau sangka tiba. Raden Soerjo terbaring kaku di tempat biasa ia tidur.

"Jo?" Kau memekik. Hampir-hampir menangis.

Ingatan tentang Raden Soerjo berdesakan ingin keluar: Hari pertama tiba. Kala berbagi ayam goreng bersama. Tidur di dipan yang sama. Pertanyaan pernyataan melantur di siang bolong. Hingga Raden Soerjo memilih pergi demi sepotong cinta yang kopong!

Kau mengubur Raden Soerjo di bawah pohon Salam. Tak ada upacara, tak ada karangan bunga. Raden Soerjo terbaring sederhana. Berselimut tanah, dan daun salam yang terbang tak tentu arah.

--

TS/ 17 Juli 2022

In memory of: Raden Mas Tirto Adi Soerjo ( Dec'19 - Jul'22)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun