Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Akuntan - Lifelong Learner

hidup sangatlah sederhana, yang hebat-hebat hanya tafsirannya | -Pramoedya

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Untuk Kamu di Masa Depan

18 Januari 2020   13:11 Diperbarui: 18 Januari 2020   15:30 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: https://www.clipartwiki.com/

Untuk kamu di masa depan, bagaimana kabarmu? Hidup itu melelahkan ya. Rasa-rasanya dunia hanya berputar untuk pekerjaan. Bangun pagi, lalu berjibaku dengan macet dan sesak kereta lagi. Belum-belum setumpuk dokumen yang harus cepat kamu periksa ketika sampai, dan juga whatsapp atasan yang menanti balasan.

Tapi, gajian begitu membahagiakan ya? Barang impian rasanya hanya berjarak antara telunjuk dan ibu jari. Walau pada pertengahan, kamu harus menghemat lagi. Tak apa. Setengah bulan, aku yakin kamu masih bisa tahan.

Bagaimana atasanmu? Masih seringkah mendorongmu untuk bekerja hingga larut malam? Ingat, bekerja keras memang penting, tapi tubuhmu lebih penting. Ia punya batas lelah, bahkan titik untuk menyerah. Di antara desakan kepentingan, aku harap kamu ingat bahwa kesehatan harus tetap diutamakan. 

Ngomong-ngomong, apa kamu sudah makan? Makan teratur itu penting, lho. Walau tidak ada chat manis untuk mengingatkan. Jangan juga terlalu sering beli gorengan. Sayangi tenggorokanmu yang sudah sering kali radang. Satu hal yang perlu kamu ingat: tidak ada kenikmatan yang abadi, apalagi kenikmatan fana dari secuil gorengan. 

Bagaimana kabar ayah dan ibu? Masihkah mereka mengajakmu makan sambil menonton televisi? Jangan lupa untuk selalu ajak mereka mengobrol, ya. Di antara kejamnya waktu, yang paling kejam adalah membuat mereka menua. 

Aku tahu, terkadang mereka memang tidak memperlakukanmu dengan baik. Banyak luka yang kamu simpan rapat-rapat. Meski begitu, aku harap kamu tidak keberatan untuk selalu berlaku baik. Manusia adalah tempat salah dan lupa. Jadi jangan lupakan kebaikan mereka yang telah merawatmu hingga menjadikanmu seperti sekarang.

Kamu tahu, aku sangat penasaran dengan masa depan. Misalnya, dengan siapa nanti aku berkeluh kesah saat lelah dengan kehidupan. Akankah sosoknya sama seperti dalam doa yang kupanjatkan. Jika tidak pun, aku harap kamu bisa menerimanya. Ingatlah, manusia adalah sepaket kelebihan dan kekurangan. Dengan begitu, semoga ia pun bisa menerima kekuranganmu.

Hargai setiap waktu dan kesempatan yang datang padamu, ya. Hargai atasanmu yang terkadang lupa waktu. Mungkin di sisi lain, ia juga terjepit kepentingan dari segala penjuru. Hargai ayah dan ibumu yang semakin menua. Mungkin ini adalah kesempatan emasmu untuk berbakti, sekaligus menabung pahala. 

Hargai temanmu yang selalu meluangkan waktu. Mereka yang rela menelepon malam-malam untuk mendengar keluhmu sehabis dimarahi atasan. Atau mereka yang dengan senang hati menemanimu berkeliling toko, untuk mendapatkan sepotong baju yang kamu idamkan. Mungkin kamu tidak tahu, apa mereka tengah menghadapi masalah atau keinginan yang sama. Tapi saat itu, mereka ikhlas membantu untuk membuat duniamu berputar kembali.

Satu pesanku, jangan terlalu menghakimi orang lain dan juga dirimu. Kamu tidak tahu masa lalu apa yang pernah dialami orang lain. Dan kamu tidak tahu masa depan apa yang menanti pada dirimu. Jangan terlalu keras, ya. Hargai dirimu.

Dan untuk setiap keputusan yang akan kamu ambil, aku harap itulah yang terbaik.

Selamat bertualang.

--

Dari: Aku di masa kini.

18 Januari, 2020.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun