Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Akuntan - Lifelong Learner

hidup sangatlah sederhana, yang hebat-hebat hanya tafsirannya | -Pramoedya

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Untuk Kamu yang Kehilangan Syuhada di Pesta Demokrasi

4 Juni 2019   22:15 Diperbarui: 4 Juni 2019   22:26 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: https://foto.bisnis.com

Teruntuk kamu yang kehilangan para syuhada di pesta demokrasi.

Sebagaimana sebuah perayaan, pasti selalu ada yang dikorbankan. Baik itu harta, tahta, namun kali ini juga nyawa. Pesta terbesar rakyat Indonesia, entah mengapa harus dikorbankan dengan beribu nyawa.

Tugas mereka mulia, mencurahkan tenaga, siang malam demi menjaga kotak berharga. Jalan kecil, basah dan berkelok, tidak jadi lagi penghalang. Bagi mereka, melaksanakan tugas negara adalah kewajiban.

Mereka adalah syuhada. Seseorang yang telah gugur karena berjuang di jalan Tuhan.

Mereka adalah syuhada kusuma bangsa. Seseorang yang rela mengabdi demi tanah air tercinta. Melayani sepenuh hati, agar suara-suara masyarakat negeri ini tersaluri.

Aku tahu, bagimu ini berat. Kehilangan orang tercinta memang tak pernah mudah. Apapun yang orang-orang bilang tentang bangkit dan melupakan, benar-benar tak bisa kamu penuhi.

Orang-orang itu tak merasakannya, begitu katamu. Mudah bagi mereka, tapi tidak untukmu.

Ramadhan kali ini juga terasa tak sempurna untukmu. Meja makan tidak lagi penuh. Bahkan makanan sahurmu mungkin masih tersisa. Kebahagiaanmu tak lagi genap. Mata dunia tak lagi memandangmu seperti dulu. Ibarat anak tiri, kamu merasa tersingkirkan di dunia ini. 

Kebahagiaan tak menyisakan ruang. Sepi, sesak, itulah temanmu sekarang. Namun, apa kamu tahu, Ramadhan telah menata kembali hatimu yang rumpang. 

Lihatlah dirimu sekarang. Kamu telah berhasil melewati puasa selama 30 hari penuh. Siangmu telah dihabiskan untuk membaca kitab suci dan mempelajarinya. Malam panjangmu telah diisi dengan khusu bermunajat kepada Tuhan. Tak ada satu haripun yang kamu lewatkan tanpa bersedekah. 

Tanpa sadar, kamu telah mengobati dirimu sendiri. Berserah pada Tuhan adalah jalan terbaik untuk mengobati luka.

Namun, kerumpangan tetaplah kerumpangan. Orang yang hilang memang tak dapat tergantikan. Apalagi jika itu lekat dengan darahmu, seperti ibu, ayah, atau saudara kandungmu.

Tapi terus-terusan bersedih juga bukan alternatif yang baik. Kenanglah mereka, tapi jangan meratapinya. Ingatlah mereka, tapi jangan menangisinya. Bagaimanapun mereka yang pergi telah memasuki perjalanan baru.

Yang bisa kamu lakukan sekarang hanya berdoa. Ingat, doa tak mengenal dinding ataupun ruang. Doa bisa sampai ke langit, walau kamu hanya melantunkannya dengan bisikan lirih. Doa ibarat mahkota raja dalam perang. Tak terlihat, namun sangat berpengaruh dan menggema.

Aku pun turut mendoakan, semoga orang berhargamu yang telah menjadi syuhada, mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan. Diampuni segala dosa-dosanya, dilapangkan kuburnya, dan dijauhkannya atas segala siksa.

Esok adalah fitri.

Hari baru dimana semua orang kembali kepada fitrah. Kudoakan semoga kamu pun menjadi pribadi baru. Pribadi yang lebih dewasa dan berperasaan. Pribadi yang penuh penghargaan dan tulus ikhlas. Tidak ada balas dendam terbaik, selain menjadikan dirimu pada versi yang lebih baik.

Buktikan pada dunia, bahwa kamu tidak runtuh.

Buktikan pada dunia, bahwa kamu masih utuh.

Kamu, perasaanmu, jiwamu.

Semangat selalu.

Doaku, turut menyertai langkahmu.

--

Salam,

Tutut Setyorinie 4 Juni 2019.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun