Hari ini, kota mendadak riuh sekali. Seseorang dengan jas hitam dan dasi merah memberikan berita darurat di televisi. Ucapannya terbata. Napasnya terengah. Tangannya gemetar. Kukira giginya juga bergemeletuk dengan janggal.
Kalimatnya tidak panjang. Bahkan jika diucap dalam satu helaan napas, kamu masih bisa mengulangnya. Namun satu kalimat itu cukup untuk mengguncang kota yang bahkan belum sempurna terbangun.
"SESEORANG AKAN MELAHAP ANGKASA!"
Kalimat itu terulang beberapa kali, baik di televisi, radio, media sosial, maupun percakapan group whatsapp.
Entah lelucon apa yang tengah dimainkan seseorang dengan jas hitam dan dasi merahnya tadi. Bagaimana seseorang bisa melahap angkasa? Â Namun yang lebih tidak kumengerti adalah bagaimana warga kota bisa langsung memercayainya.
"SESEORANG AKAN MELAHAP ANGKASA!"
"Ra, kamu masih di sini?"
Ibuku bertanya. Kalimat yang sama juga baru saja diucap ibuku yang baru saja mengangkat beberapa pakaian bersih dari jemuran.
"Bagaimana bisa seseorang melahap angkasa?" Aku balik bertanya.
Ibu menggeleng seketika. Aku tidak tahu gelengannya berarti tidak tahu atau tidak peduli. Ia langsung masuk ke dalam kamar dan mengepak apa saja yang masih bisa dibawa.
"Ayo, siapkan bajumu! Kita akan bergegas sekarang."