Mohon tunggu...
Tutut Handayani
Tutut Handayani Mohon Tunggu... Freelancer - Simple

Mantan jurnalis ekonomi & perantau dunia yang berdomisili di Swedia

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Systembolaget: Penguasa Bisnis Minuman Beralkohol di Swedia

24 Januari 2021   03:46 Diperbarui: 24 Januari 2021   04:04 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gerai Systembolaget (Foto: Koleksi Pribadi/Tutut)

Di Swedia, tidak bisa sembarangan menjual minuman keras (miras). Para pebisnis ritel dan food beverages, seperti pasar swalayan, restoran, pub, bar dan hotel wajib tunduk pada peraturan penjualan minuman beralkohol. Jika melanggarnya, siap-siap saja membayar denda puluhan ribu Swedian Kronor (SEK) atau dicabutnya ijin usaha. Miras hanya boleh dijual ke konsumen berusia 18 tahun ke atas. Seorang kasir, pramusaji atau bartender diperkenankan untuk menanyakan kartu identitas calon konsumen miras terlebih jika calon konsumennya itu remaja atau wajahnya terkesan di bawah usia 18 tahun. Dan, calon konsumen itu wajib menunjukkannya.

Lalu, bagaimana Swedia mengelola peredaran dan penjualan minuman beralkoholnya?

Pemerintah Swedia mengelola bisnis mirasnya dengan cara sistem monopoli. Dengan kata lain, Pemerintah-lah yang menguasai pasar minuman beralkohol melalui sebuah lembaga yang bernama Systembolaget. Systembolaget (Swedish Alcohol Retailing Monopoly, red), sebuah badan usaha milik negara (BUMN) yang mengatur, menguasai dan mengelola peredaran miras di Swedia. Namun, ada dua model penjualan miras, tergantung kadar alkoholnya di Swedia.

Untuk miras berkadar alkhol kurang dari 3,5%, konsumen dapat membelinya di pasar swalayan, minimarket atau restoran. Hal ini berbeda untuk miras berkadar lebih dari 3,5%. Semua jenis minuman berkadar alkohol lebih dari 3,5% hanya bisa dijumpai di supermarket miras khusus milik Systembolaget. Ya! BUMN Swedia ini memiliki lini bisnis pasar swalayan miras yang juga bernama sama, yakni Systembolaget.

Jaringan ritel miras ini memiliki tim penjual yang mumpuni dari segi kemampuan menjual, wawasan tentang berbagai jenis minuman beralkohol dan harus mampu membangun public awareness tentang bahaya alkohol jika dikonsumsi berlebihan. Bahkan, tim penjual yang berada di toko harus memiliki sikap yang tegas saat berhadapan dengan konsumen yang mencoba melanggar ketentuan pembelian produk miras. Hal ini sejalan dengan visi misi Systembolaget sebagai supermarket miras di Swedia, yakni''to minimize alcohol-related problems by selling alcohol in a responsible way, without profit motive''.

Lalu, bagaimana Systembolaget -- sebagai pebisnis ritel supermarket miras -- meraup untung? Tentu, Systembolaget memiliki target keuntungan bisnis yang harus dicapai setiap tahunnya. Namun, prinsip dagangnya, tidak semata-mata meraup untung sampai harus melanggar segala etika dan visi misi bisnis perusahaan seperti yang tertera pada visi misi bisnis, yaitu to minimize alcohol-related problems by selling alcohol in a responsible way, without profit motive.

Berbelanja miras di Systembolaget juga harus siap berhadapan dengan ketatnya peraturan. Calon pembeli siap-siap ditanya KTP-nya. Di setiap supermarket, selalu ada petugas keamanan yang tidak segan bertanya kepada para individu yang terlihat muda usia untuk menunjukkan KTP. Sejak di pintu masuk, petugas keamanan punya hak menanyakan hal tersebut. Dan, calon pembeli wajib menunjukkannya. Namun, lolos di pintu masuk pun bukan berarti lolos di meja kasir. Petugas kasir pun pasti bertanya dan meminta KTP ke pembeli yang 'diduga' masih di bawah umur. Mata mereka tidak segan menyelidik dengan tajam menatap wajah loh! Semuanya untuk memastikan kalau pembeli Systembolaget ini sesuai dengan peraturan Pemerintah, yakni di atas 18 tahun. Jadi, kalau ditanya ''Har du leg?'' (leg - legitimation/ID Card) atau ''Apakah kamu punya KTP?'', langsung saja tunjukan KTP.

Namun, Systembolaget juga menjual minuman non alkohol, seperti ppelmust (apple juice), mousserande atau minuman lainnya yang biasa digunakan untuk masak-memasak (kuliner).

Sejarah Systembolaget

Percayakah kalau Systembolaget ini hadir karena kentang? Begini ceritanya ya....

Sekitar tahun 1746-an, kentang menjadi bahan baku untuk pembuatan brnnvin (aquavit) pertama kali di Swedia. Saat itu, orang Swedia tidak memakan kentang tetapi hanya roti dan gandum. Mereka belum terpikir untuk menjadikan kentang sebagai sumber karbohidrat utama.  Kentang hanya menjadi alternatif bahan baku pembuatan brnnvin karena harganya lebih murah dibandingkan gandum (grain). Karena kebutuhan brnnvin meningkat, kentang adalah alternatif terbaik mengingat sebelumnya brnnvin hanya dibuat dari gandum (grain). 

Kebutuhan meminum brnnvin mencapai 46 liter per tahun di pertengahan tahun 1800-an seiring dengan pertambahan jumlah penduduk Swedia. Dan, pada tahun 1850, beberapa orang pekerja tambang asal Falun mendirikan semacam koperasi dimana keuntungan dari penjualan brnnvin itu diberikan kepada masyarakat. Para pendiri koperasi brnnvin asal Falun itu sadar akan dampak meminum brnnvin berlebihan, tentu tidak baik untuk kesehatan si peminum dan lingkungan. Inilah konsep dasar bisnis Systembolaget.

Lalu, pada tahun 1865, pemerintah kota Gothenburg (Gteborg) menerapkan ide koperasi brnnvinn asal Falun itu dengan mendirikan koperasi sejenis bernama Gteborgssystemet. Dengan demikian, seluruh penjualan brnvinn di kawasan Gteborg diambil alih oleh pemerintah kota Gteborg. Ketentuan saat itu, produk brnnvin hanya dijual untuk yang berusia di atas 18 tahun dan harus diminum di tempat disertai sajian kudapan hangat.

Kemudian, model Gteborgssytemet ini diterapkan oleh banyak pemerintah kota di Swedia. Akhirnya, pada tahun 1870, pemerintah kerajaan Swedia memutuskan seluruh keuntungan penjualan dari setiap systemet itu harus diserahkan ke negara. Dan, pada tahun 1905, seluruh produk brnnvin dijual ke Pemerintah untuk dikontrol produksi dan peredarannya. Konsep dan nama Systemblaget pun diakuisisi Pemerintah Swedia. Namun, Systembolaget sebagai peritel supermarket minuman keras moderen yang kepemilikannya 100% oleh Pemerintah Swedia itu baru sejak tahun 1955 sampai sekarang.

Lalu, sudah rahasia umum, harga jual miras di Swedia itu bisa 2 -- 3 kali lebih tinggi dibandingkan harga jual miras di negara Uni Eropa lainnya. Pajak yang diterapkan di penjualan miras ini bisa sekitar 50%. Jadi, buat yang kantongnya pas-pasan, bakal mikir dua kali untuk sering-sering beli miras. Namun, juga bukan rahasia lagi, jika pelesiran naik kapal pesiar ke Estonia atau Riga itu adalah dalih berbelanja minuman beralkohol sebanyak-banyaknya. Mumpung harga jual di kedua negara tersebut murah. Bisa hampir setengah lebih murah dari harga jual di Systembolaget. Tidak heran, jika terlihat pemandangan orang-orang Swedia menggeret koper-kopernya atau tas-tas cukup besar yang berisi botol-botol alkohol. Kebayangkan? Jika hampir sebagian besar penumpang kapal pesiar itu bertujuan hanya berbelanja minuman beralkohol. Banyak-banyak doa saja jika berpesiar ke dua negara tetangga tersebut. Bukan apa-apa, maklum minuman beralkohol itu benda yang mudah terbakar selain mampu bikin orang 'hangover'.

Demikianlah sepintas bagaimana pengelolaan dan peredaran minuman keras di Swedia. Semuanya berada di tangan Systembolaget. 

(Text: Tutut Handayani, diolah dari berbagai sumber).

Tulisan ini juga diterbitkan di laman blog pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun