Emosional,yah tentu tidak asing lagi kata tersebut di telinga kita. Emosi biasanya diiringi dengan perasaan tidak senang atau tidak suka dan marah. Ini tidak hanya terjadi pada orang dewasa. Anak – anakjuga bisa menunjukkan perasaan emosionalnya. Lalu bagaimana perkembangan sosio emosional pada anak??
Perkembangan sosioemosional anak berlangsung sejak bayi secara bertahap dan melelui proses penguatan dan modeling (untuk ditiru). Interaksi seorang bayi dengan ibunya misalnya, melalui penguatan positif dan negatif. Seorang bayi akan menarik perhatian ibunya dengan tersenyum, mengoceh dan menangis. Penguatan positif ditunjukan dengan senyuman dan ocehan bayi sedangkan penguatan negatif ditunjukan dengan menangis.
Seiring dengan bertambahnya usia pada anak, semakin berkembang pula emosional dan interaksi sosialnya. Ketika anak memasuki usia SD, perkembangan internal pribadi anak sendiri akan mendorong untuk memperluas lingkup pergaulan atau lingkungan sosialnya. Di sekolah anak akan mendapati lingkungan pergaulanbaru, tidak hanya berinteraksi dengan keluarga, di sini ia mulai mengenal guru dan teman sekelasnya.
Perkembangan emosi pada usia ini sudah nampak melalui perasaan rasa tidak menyukai suatu hal, rasa malu, cemas dan kecewa. Jika ada teman yang menyakitinya anak akan mempunyai perasaan tidak suka bermain dengan anak tersebut. Perasaan malu ketika anak tidak bisa mengerjakansoal di depan kelas. Perasaan cemas pada saat tidak bisa mengerjakan ulangan dan perasaan kecewa pada saat mendapatkan hasil ulangan yang tidak memuaskan.
Dengan menjalin hubungan pertemanan akan memperluas interaksi sosial anak. Dengan adanya pertemanan anak dapat menyalurkan keterampilan fisik dan komunikasi untuk memperluas hubungan dengan orang lain. Selain itu, anak juga dapat memenuhi kebutuhan sosial seperti kesamaan, harapan dan pola pikir.
Konsep diri merupakan unsur penting dalam kepribadian. Konsep diri mengenai kemampuan, perilaku, harga diri dan kepribadiannya akan mempengaruhi bagaimana ia akan memperlakukan dirinya sendiri dan berinteraksi dengan orang lain. Contohnya anak yang mempunyai konsep diri sebagai anak baik, tentu ia akan menjaga perilakunya dan berhati – hati dalam bertindak dan berinteraksi dengan orang lain.
Kesadaran anak mengenai identitas jenis kelamin dan peranannya dipengaruhi faktor biologis dan sosial. Dari faktor biologis, tentu anak dapat melihat perbedaannya dari fisik. Perbedaan struktur genetik menyebabkan pria lebih cenderung agresif dan instrusif sementara wanita lebih cenderung inslusif dan pasif. Dari faktor sosial,misalnyadi dalam keluarga, anak dapat melihatbagaimana peran ayah dan ibunya atau dengan kata lain peran pria dan wanita.
Moral merupakanperilaku baik dan buruknya seseorang di dalam kehidupan dan masyarakat. Piaget menyimpulkan bahwa perkembangan moral pada anak terjadi dalam 2 tahap tergantung pada tingkatannya. Tahap pertama yaitu heteronomus, ini terjadi pada anak usia 4 – 7 tahun. Pada tahap ini anak menganggap keadilan dan aturan sebagai sifat – sifat dunia yang tidak berubah dan lepas dari kendali manusia. Tahap kedua yaitumoralitas otonomus yang terjadi pada anak usia 10 tahun ke atas. Anak menyadari bahwa dalam menilai suatu tindakan seseorang harus dipertimbangkan maksud dan akibatnya.
Contohnya anak yang berada pada tahap heteronomus akan mengatakan bahwa memecahkan lima piring tanpa sengaja lebih buruk dari pada memecahkan satu piring dengan sengaja. Bagi anak yang berpikir moral otonomus akan menganggap bahwa memecahkan lima piring tanpa sengaja itu yang lebih baik.