Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[KC] Cerita Cinta Pertiwi

2 Oktober 2015   09:06 Diperbarui: 2 Oktober 2015   09:06 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

S Aji
No peserta 51
Link URL/akun : http://www.kompasiana.com/tuturku

---

Jika aku mengatakan cinta padamu, maka di dalam dirimu aku mencintai berjuta-juta manusia
[Erich Fromm]

Pada permulaan Oktober yang selalu terbayang.

Aku sedang dikuliahi cerita cinta yang pada mulanya adalah anugerah dan doa, lalu menjadi duka yang belum berlalu. Walau begitu, ia tidak lantas menyerah dan membiarkan dirinya tersungkur dalam petaka.

Cerita cinta itu, datang dalam tenang manusia jelata dan duduk di dalam hatiku, menyobek semua naif kesadaranku dengan ceritanya. Cerita yang menjadi saksi dari pergerakan hidup dan mati manusia. Begini ia bercerita :

Kau wajib selalu ingat, cerita cinta ini lahir dalam masa yang tidak ongkang-ongkang kaki. Bukan pula cerita cinta yang mekar dalam masa dengan pikiran-pikiran lembek dan cepat berpuas diri. Bukan pula cerita cinta yang tumbuh dari sebuah masa penuh gaduh karena doyan gosip dan pergunjingan. Bukan pula cerita cinta yang hidup dalam sebuah masa dimana manusia lebih mudah bersahut-sahutan isu ketimbang mengambil jarak dan merenungkan dirinya sendiri. Bukan pula cerita cinta yang bersemi dalam sebuah masa dimana kesadaran berdebat perkara remeh dan tidak mengerti perkara-perkara besar untuk hidup bersama mereka.

Tapi, kau catatlah, cerita cinta ini tumbuh dalam masa berdarah dan penuh jejak derita. Ia hadir dalam hati jelata yang bengkok pinggangnya karena mengolah tanah dan laut namun menolak tunduk. Ia juga hadir dalam pikiran-pikiran kaum sekolahan yang bolak-balik masuk penjara kolonial namun menolak untuk bungkam. Ia juga hadir dalam jiwa-jiwa penuh welas asih kaum perempuan yang tidak ingin hanya menjadi pemandu sorak sejarah. Mereka semua terlibat, dalam bagian perannya masing-masing, untuk cinta yang memilih jalan merdeka.

Lalu, bersama dengan jalan waktu, cerita cinta ini mengambil bentuk politik kebangsaannya dalam kehidupan bernama Republik.

Ia adalah tekad cinta yang berjuang merekatkan Timur Merauke dan Barat Sabang, mengikatkan Utara Miagas dan Selatan pula Rote. Ia berusaha menghidupi bermacam suku dan bahasa, ia berusaha memakmurakan mereka semua dengan kasih tulusnya yang dititipkan Sang Maha. Ia, cinta yang berjuang tumbuh sembari merawat harap dan menjanjikan masa depan dalam pergulatan hari-hari yang terus terasa berat.

Takdir cinta mungkin tidak bisa menjadi cinta yang sejati tanpa pengujian diri terus menerus, tanpa proses menjadi sepanjang hayatnya. Bahkan ketika bentuk politiknya telah tiba pada Republik, teritorinya telah menyebut diri sebagai Indonesia Raya, sanubarinya telah memiliki api Pancasila, dan tiang-tiang rumahnya telah memiliki Undang-Undang Dasar 45.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun