Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Pecah Kongsi

11 Juni 2017   01:39 Diperbarui: 11 Juni 2017   17:29 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Personal.psu.edu

I

Aku tahu ia berusaha untuk tetap terdengar tenang, seperti biasa. Selayaknya yang bertahun-tahun kukenal. Tapi ada getar yang tak bisa rapi disembunyikan. Getar yang getir. Dan di matanya itu, aku melihat luka. Mata yang berkaca-kaca. Sesungguhnya ia tidak pernah secengeng ini. 

"Aku sudah berusaha, tapi...."

Lenguh resah yang tak perlu kutanggapi. Aku tahu itu, batinku, tak usah kau terangkan. 

"Keputusan-keputusan seperti ini selalu saja datang lantas dengan mudah meniadakan rencana yang bertahun-tahun dirawat. Aku tidak bicara tentang pamrih, seperti yang kutolak selama ini--kau paham, bukan? Aku hanya ingin meyakini, mungkin dengan mengatakan seperti ini, betapa masa depan tidak pernah ada dalam genggaman. Sekalipun masa lalu yang mengantarainya disusun oleh niat baik dan ketulusan. Sekalipun diperlakukan dengan tegar keteguhan yang tak banyak cakap. Sekalipun dijalankan dengan kesungguhan yang tanpa pura-pura." 

Aku ingat tadi pagi kami sedikit bertengkar gagasan. Perdebatan yang memicu ketegangan kecil pada kedekatan yang bertahun-tahun terpelihara. 

"Seberapa yakin kamu bisa menahan? Atau paling tidak, membuatnya tertunda barang sejenak saja?"

"Aku yang bisa lebih dari itu. Semuanya bisa dibatalkan. Aku percaya dengan mereka. Sepanjang perjalanan ini, kamu sendiri yang terus saja sangsi," katanya. Nadanya kecewa. Ia butuh dukungan, bukan keraguan. Terlebih, peristiwa yang sudah lama dibayangkan kini tampak di depan mana.

"Kau tahu berhadapan dengan siapa?"

Sungguh aku hanya ingin membuatnya sedikit realistis. Idealisme penuh gelora mudah jatuh pada kenaifan yang fatal.

"Sudahlah, terlalu sering kita membahas siapa mereka...."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun