Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Story Collector

Mō zhe shítou guò hé - Deng Xiaoping | Ordinary Stories, Structural Echoes

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Hari-Hari Bermakna di Kampung Solol Raja Ampat

9 Juni 2025   13:38 Diperbarui: 10 Juni 2025   08:27 778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemudian senja tiba, hari perlahan gelap. 

Pisang goreng, sambal cakalang, dan kopi hitam yang menemani ketika senja tiba (2022) | Foto: S Aji 
Pisang goreng, sambal cakalang, dan kopi hitam yang menemani ketika senja tiba (2022) | Foto: S Aji 

Ketika dunia dan penghuninya mulai kelelahan karena kecepatan seolah-olah menjadi etos utama mengada sebagai manusia modern, di Solol, slow living tumbuh dengan caranya yang tanpa terminologi macam-macam. Ada irama yang lambat dan tenang--walau kita juga tahu keadaan sesungguhnya tak selalu baik-baik saja--hingga orang-orang yang terus menjaga hidup bersama. 

Maka, bagi saya, Kampung Solol dalam perjumpaan seminggu adalah warisan kebudayaan pesisir yang wajar untuk selalu dirindukan. Ia selalu tersimpan dalam kenangan dari banyak peristiwa yang mudah terlupakan.

Masih dalam kaitan di atas, tempat ini terus terasa eksotis. Sebagai masa lalu yang indah, kearifan yang bertahan, tidak selalu ada di semua tempat, dan terus hidup hingga hari ini. 

Celakanya, eksotika semacam ini, selalu dalam keterancaman oleh ambisi pembangunan yang pada ujungnya juga hanya membuat makin makmur segelintir manusia. Bahkan ketika warga dunia bersatu padu melindunginya (dalam tagar #SaveRajaAmpat, misalnya), negara dan pembangunan masih saja keras kepala. Seolah-olah keduanya paling berhak dan paling tahu yang terbaik bagi masa depan lingkungan dan masyarakatnya.  

Apa yang bisa membuat seekor anjing boleh tertidur nyenyak jika bukan lingkungan sehari-hari yang tenang di Kampung Solol?  (2022) | Foto: S Aji
Apa yang bisa membuat seekor anjing boleh tertidur nyenyak jika bukan lingkungan sehari-hari yang tenang di Kampung Solol?  (2022) | Foto: S Aji

Kita tidak bisa lagi melihat ekonomi, lingkungan, dan hak hidup masyarakat adat berada dalam kompartemen yang saling mengunci. Semuanya hanya mengada dan mungkin mengada dengan cara bersama-sama. Itulah mengapa, tagar #SaveRajaAmpat semestinya tidak dipandang sebelah mata. 

Dari hidup sebentar di Kampung Solol, saya tahu itu adalah hari-hari bermakna yang selalu penting untuk dikenang. Dan, jika negara terus saja "putar bale" cuci tangan, kita tahu mengapa orang-orang terus melawan. 

Saat yang sama, kita makin percaya, pemilu tidak membawa kita beranjak jauh dari kekuasaan yang eksploitatif. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun