Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Mau Sampai Kapan Melawan Ketidakmungkinan, Coach Shin Tae-yong?

9 Januari 2023   23:25 Diperbarui: 10 Januari 2023   04:36 5028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia kembali kalah dalam pertandingan leg 2 babak semi final Piala AFF 2022 melawan Vietnam .(ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA via Kompas.com)

Yang paling menjengkelkan dari perjumpaan timnas Garuda dengan Thailand adalah perkara yang berikut ini.

Bukan karena kans untuk kalah selalu lebih besar bagi timnas, kalau bukan malah nyaris beyond history. Tapi karena deretan kekalahan itu membuat para pemuja timnas, dari pengamat dengan kosakata keminggris, jenis pengamat eks-pemain hingga jenis the man in the street serupa Kompasiner, terperangkap kedalam sejenis "kompleks inferioritas". 

Karena itu, deretan kekalahan dari Thailand sungguh-sungguh telah menyerupai takdir buruk bangsa-bangsa bekas jajahan. Bukan semata lorong gelap tak berujung dengan puisi-puisi yang tanpa harapan.

Kini, yang makin merisaukan dari inferioritas di atas adalah karena ia mengalami perluasan. Tidak cuma kepada Thailand, kini menyusul inferioritas di hadapan Vietnam. Dan sesekali, kepada Malaysia.

Pelatih asal Korea Selatan kecintaan kita semua ini, tentu saja, menolak menyerah sebelum pertandingan dirampungkan. Bahkan beliau tetap berangkat bersama keyakinan bakalan tampil sebagai kandidat yang pantas ke final di leg kedua, di kandang Vietnam yang gersang. Keyakinan yang menyertai penerbangan skuad Garuda dengan pesawat carteran.

Kemudian, faktanya, kita hanya melihat timnas Garuda yang begitu-begitu saja. Yang sepenuh hati kita harapkan lantas kembali berujung mengenaskan. 

Dari dua leg, kita menyaksikan jenis timnas dengan pengelolaan arus serangan balik yang tidak mematikan bersama keributan-keributan kecil yang mencemaskan. Kita mungkin sedikit membaik dalam pressing tapi itu tidak cukup untuk memberikan kesempatan lolos ke final. 

Timnas dengan hesteg #Timnasday yang sering viral di Twitter itu tetaplah calon penghuni kasta ketiga, karena mesti berebut dengan Malaysia, Singapura dan Filipina di Asia Tenggara. Bahkan untuk kasta ketiga pun, kita masih tergolong calon. 

Apakah kegagalan kesekian kali ini karena pelatih yang berhasil membuat Korsel menaklukan Jerman? Apakah disebabkan kesalahan pemain yang menjalani karir di sistem kompetisi yang tidak mungkin membawa mereka ke level tertinggi Asia Tenggara itu?

Perdebatan terhadap pertanyaan di atas, sebagaimana sanjung puja dan puji, adalah hal yang sudah basi. Berulang-ulang dan kembali ke situasi yang sama: TIMNAS GAGAL JUARA LAGI! Lantas, mau menyalahkan PSSI? Sungguh tidak ada yang lebih sia-sia dari mengomentari yang satu ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun