24 Desember 2022. Langit Kulon Progo tidak seperti dua hari sebelumnya. Tak ada lagi awan hitam, hujan dan angin yang risau menderu-deru. Yang bikin khawatir sekaligus mengafirmasi peringatan cuaca buruk bulan Desember.Â
Musababnya adalah saya harus kembali ke Timur, sesudah kunjungan sambil lalu di Taman Menteng dan Gambir dan meresapi Subuh di Stasiun Tugu. Satu jalinan yang bisa diceritakan dari keduanya hanyalah perkara pikiran yang mengembara di antara menunggu, waktu yang terasa lambat, dan ruang yang (mendadak) nostalgis.
Jika pada kepergian ke dua jantung peradaban (politik) Jawa itu, saya menumpang kereta lantas membicarakan stasiun maka dalam arus balik ini adalah bagaimana melewatkan tunggu di antara dua terminal bandara. Bandara yang gagah perkasa.
***Â
Senja belum lagi tiba, masih pukul 14. 30 WIB. Saya sudah memutuskan lebih awal ke ruang check-in bandara.Â
Sebelumnya sudah ada pemberitahuan delay, pesawat Citilink yang membawa saya baru akan terbang sekitar 30 menit dari jadwal semula di pukul 17:25 WIB. Dan saya juga memilih menghindari antrian yang mengular karena Yogyakarta disebut-sebut sedang ramai dengan wisatawan.Â
Ternyata yang dibayangkan tidak terjadi. Bandara internasional Yogyakarta yang proses konstruksinya menghabiskan waktu hanya 20 bulan ini tidak terlihat penuh sesak. Tidak ada rombongan yang terburu-buru.Â
Turun dari taksi online, saya langsung masuk dan mencari dimana letak konter check-in milik Citilink. Tempat ini sungguh besar dengan kemegahan yang supermodern.
Saya mesti berputar-putar dan terpaksa bertanya pada seorang karyawan. Selama mencari di dalam ruangan yang lebih mirip interior pesawat dari negeri alien di film-film Hollywood, saya hanya melihat antrian yang cukup panjang di konter milik Lion Air-We Make People Fly!Â
Di depan konter Citilink, sudah ada beberapa petugas berseragam hijau yang bersiap. Ketika mendekat, mereka terus bilang, "30 menit lagi baru dibuka." Jadi saya kembali ke tempat duduk, menelpon sebentar lalu memandang sekeliling.Â
