Ini cerita tiga orang anak baru gede berseragam SMP di suatu masa.
Sebutlah itu O,P, dan S. Tiga abege yang tinggal di sebuah kompleks perumahan. Tidak bersekolah di satu SMP yang sama.
Fakta yang kedua, mereka hidup di zaman telepon koin yang ketika tersambung, wajib melewati pertanyaan standar, "Siapa nih? Ada urusan apa?" Bisa dari bapak atau ibunya. Â
Fakta ketiga, mereka tiba-tiba saja jatuh hati pada satu orang gadis seumuran. Tidak pernah ada perasaan bersaing. Bahkan sering kali patungan mengumpulkan koin demi mendengar suara lembut di seberang sana.
Lebih asik lagi, apa yang dibicarakan dengan si target adalah topik yang dibahas bersama-sama. Persahabatan mereka adalah segalanya-di atas pesona seperti apapun.
Bagaimana mereka bisa tiba di pujaan hati yang sama, tunggal dan tak terbandingkan?
***
Adalah P, pangkal yang memulai semua ini. P bersekolah di SMP yang sama dengan si pujaan hati. yang belakangan ketahuan tinggal sebuah kompleks terbatas, yang ada lapangan tenisnya, yang di depan gerbang masuk berdiri bapak-bapak Satpam, yang bapaknya seorang petinggi di salah satu BUMN.
P menemukan selembar kertas dimana foto sang gebetan masih tertempel di sana. Kartu pengenal siswa baru masuk SMP!Â
Wajah yang hitam putih aja sudah manis, gimana terang benderang, cerita P pada suatu sore. O S berebut melihat wajah itu. Terus tiba-taba merasa damai tapi kosong. Serupa rindu yang gigil.
Maka perburuan pun dimulai. P ditugaskan mencati tahu nama di gadis.
"Perkara sepele, kan sudah ada di kartu itu," kata P. Jatuh hati memang seringkali mendaurulang hal-hal bodoh. Padahal sudah diketahui sebagai bodoh adanya.