Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

"Ojo Dibandingke", Dangdut Koplo dan Sentrum Bernama Istana

18 Agustus 2022   10:25 Diperbarui: 22 Agustus 2022   07:44 758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Farel Prayoga kala menyanyikan "Ojo Dibandingke" di Istana Negara pada saat 17 Agustus| FOTO/Youtube/Sekretariat Presiden via Tirto

Poin saya adalah kita mudah menuntut jenis orang tua yang ketat mengontrol konsumsi anak-anak mereka. Faktualitasnya ternyata mereka jauh lebih narsis dan mendominasi Facebook sebagaimana berita di Amerika Serikat ini, misalnya. 

Mereka adalah jenis yang terdidik dan paham benar betapa berbahayanya anak-anak menghabiskan kesendiriannya di hadapan gawai tanpa pengawasan dan pembatasan. Tapi mereka sepertinya kelelahan dan juga melahirkan dirinya kedalam sosial media.

Pendek kata, kita berhadapan dengan tipe orang tua yang tidak memiliki cukup kuasa melepaskan diri dari kontrol sosial media. Mereka sendiri bermasalah dengan dirinya. 

Lantas, bagaimana kita memaknai kehadiran Farel Prayoga dengan Ojo Dibandingke-nya? 

Farel adalah bocah berusia 12 tahun dari Desa Kepundungan, Kecamatan Srono, Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur. Farel bukan yang membawa lagu ini heboh di Youtube pertama kali. Sudah ada duet Danny Cakman dan Abah Lala yang tembus 28 juta penonton sejak dipublis 2 bulan yang lalu di akun DC Production. 

Yang dilakukan Farel adalah membawakannya di depan kekuasaan tertinggi yang ada di negeri ini. Di sebuah "sentrum" yang tidak selalu ramah bagi anak-anak walaupun selalu ingin terlihat peduli kepada nasib mereka. Sentrum yang menjadi saksi dari pasang surut pergantian rezim. 

Sukses Farel adalah merayu-rayu "jiwa-jiwa koplo" selevel Menteri Pertahanan, Bos BUMN, hingga menteri yang mengatur keuangan republik berjoget. Bahkan ibu Iriana pun tak kuasa menahan "hasrat akan koplo" di atas podium.

Hasrat akan koplo yang mungkin selama ini tersimpan rapi di balik rutinitas, hirarki dan tetek bengek jabatan yang kaku dan sesungguhnya melelahkan. 

Dalam bahasa yang lain, lengking menyayat suara Farel telah membuat para pejabat tinggi hingga ibu negara membebaskan sejenak kekakuan birokratisnya.

Karena itu Farel memang tidak pernah membawakan lagu anak-anak yang hanya asik dijogeti oleh anak-anak juga. Farel tengah bernyanyi di hadapan kekuasaan yang mungkin membutuhkan jenis musik yang tidak berbicara bangsa, tanah air, kemerdekaan dan patriotisme.

Karena Ojo Dibandingke lebih sebagai sebuah jeda belaka, bukan alternatif. Dan karena ini berada di tengah pusat kekuasaan, kita wajib curiga bahwa musik dangdut koplo dengan kesedihan jelata yang berulang-ulang itu hanya mengajak mereka berjoget. Bukan memaksa mereka bekerja menghentikan segala rupa kesedihan jelata. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun