Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Wajah Fana

19 Juni 2022   20:48 Diperbarui: 21 Juni 2022   07:43 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pixabay.com

Ketika senja terdampar di wajahmu,
kau sedang tertidur dengan bintang pucat
di kelopak matamu.

Setiap senja tiba, wajahmu bakal berwarna jingga
tapi kini tidak lagi utuh. Seperti negeri diamuk perang.

Wajahmu tidak lagi akrab dikenali.
serupa lukisan rusak
lansekap yang meledak.

Sesuram langit retak
dan pantai yang luluh lantak.
Berantakan dan sengsara.

Wajahmu tak bisa lagi bersedih.

Wajahmu itulah nyala api dari semua yang ingin kau hangatkan
tapi terlanjur dijadikannya abu.

Wajahmu itulah gua tua yang ingin menghisap segala gelap,
namun tak mampu menunda waktu.

Wajahmu itulah kata-kata yang bersikukuh mencakar langit,
menolak dimakan fana. Tapi cuma bisa berdesis.

Wajahmu adalah kesedihan yang tersimpan rapi dalam dada seorang bapak yang tabah.

Dalam penderitaan yang panjang, dia menyucikan
yang tak boleh diratapi, walau tak mampu diakhiri.

[Kaki Klabat, Juni 2022]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun