Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Guru Kami Seorang Pemain Bola

29 November 2021   20:51 Diperbarui: 1 Desember 2021   14:00 1255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pemain bola: envato elements

Selanjutnya, ketiga, karir saya mengalami stagnasi. Walau sempat melakoni peran striker yang selalu masuk Starting Eleven. 

Saya adalah bagian yang menjaga martabat kelas dimana jumlah siswinya lebih banyak pada persaingan sepak bola di dalam pagar sekolah. Selebihnya, tercatat sebagai pengagum Elie Aiboy yang saat itu adalah kakak kelas beda SMP di Jayapura. Kaka Elie adalah "Rising Star" saat itu. 

Jadi jika Jurgen Klopp mengalami stagnasi karir di usia yang masih produktif bermain, saya bahkan lebih dulu. Gak usah drama, biasa saja.

Dalam secuil background yang mubazir ini, hadir seorang guru. Beliau adalah wali kelas yang sejatinya tergolong keras karena menegakkan disiplin. Persisnya di SD Negeri Inpres. Beliau juga seorang putra daerah.

Tak segan-segan menghukum muridnya. Di papan tulis kelas, ada seutas kabel bekas kopling motor dan sebuah batang bambu hijau yang diraut hingga tipis namun kokoh. Dua benda sakral yang di dalamnya tersimpan rasa takut sekaligus gairah untuk melanggar khas bocah. 

Keduanya juga adalah saksi sendu dari pepatah di ujung rotan guru terdapat ilmu. Keduanya bergantian mendarat di betis kami yang selalu saja memilih bermain sepak bola di jam belajar dari pada mengerjakan tugas di kelas. Rasa sakitnya bahkan sampai mengalami demam tapi sudah begitu jalannya.

No Pain = No Gain, Gengs!

Saya termasuk bagian yang bengal itu (sebenarnya keterangan seperti ini tidak usah ditegaskan lagi sih). Bahkan pernah mendoakan setiap guru yang kebagian jam mengajar di kelas V berhalangan hadir saja. Sayangnya, semesta menolak bekerjasama. 

Yang paling parah adalah kami abai bermohon agar tak ada sejawat kami, terutama mereka yang perempuan, yang tega-bertanduk bertindak spionase. Mengamati, mencatat dan menyampaikan dengan rinci daftar nama para pelanggar itu besok harinya. 

"Faisal. Neston. Viktor. David. Buce. Aji. Ke depan, kalian ini kayak jagoan. Tak ada tobat-tobatnya!"

Entah berapa kali kami dipanggil dan dijejer seperti tahanan. Dilanjutkan dengan bunyi yang lahir dari gesekan batang bambu atau kabel kopling di betis mungil kami disertai aduh dan ekspresi wajah menahan perih. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun