Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

#5 Di Tali Jemuran yang Sama

17 Januari 2021   09:47 Diperbarui: 17 Januari 2021   10:06 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Walaupun bergelantungan menantang basah dan terik putaran musim, lampu malam tak akan pernah seperti jemuran. Ia masih hidup dari pertolongan negara | Dokumentasi Pribadi

Pagi yang Cerah, Diari! Cerita apa hari ini?

17 Januari. Begini. Di sebuah barak yang diisi orang-orang yang sibuk mendisiplinkan kerja, kamu harus selalu mewaspadai kehidupan bertetangga yang tiada saling menyapa tapi menggunakan tali jemuran yang sama. Apalagi di antara mereka sampai mengetahui nomor kontak dan bertukar makanan, rasanya menyerupai "Kamu modus ya? Ogah!". 

Atau, barangkali serupa kehidupan di kompleks perumahan yang dibangun di tengah perkampungan rapat-padat-kumuh-berisik lantas sengaja mengisolasi dirinya, kehidupan bertetangga selevel itu sebaiknya membuat grup WhatsApp--semisal, "PEKERJA BARAK MELAWAN ANTISOSIAL CLUB"?

Jangan-jangan di tengah berkuasanya mazhab "Mengunci diri di dunia nyata, melepas ego di dunia maya adalah koentji!", dunia sosial zaman digital jauh lebih butuh konsolidator, semacam "solidarity maker", dibanding zaman pergerakan Soekarno-Hatta dulu. 

Orang yang setiap hari berkeliling kamar, tersenyum, tampak riang tiada berkesusahan dengan tugas mengatakan selamat pagi, jangan lupa tersenyum. Tak harus menutupnya dengan merdeka!

Fungsi konsolidator memang idealnya bisa dilakoni oleh pemiliki barak, terutama si ibu. Namun karena kedatangannya seringkali di penghujung bulan, motifnya juga "ongkos sewa-oriented" gitu, karenanya mengurangi kesungguhan, maka sebaiknya jangan. Ibu barak akan mengalami konflik kepentingan laksana ketua partai yang dimenterikan. Korupsi membayang di depan mata, bukan?

Ibu barak sebaiknya menampung dan membereskan keluhan saja. Seperti eksekutif dengan penguasaan masalah yang detil dan reaksi yang cepat, terukur dan berdampak nyata bukan citra. Pada saat yang sama, para penghuni didorong menemukan sesuatu yang boleh mengikat setiap yang bertetangga. Menemukan sebentuk "kesadaran kolektif barak" namun tak usah sampai selevel Pancasila sebagai Ideologi dan Pandangan Hidup Bangsa. 

Pendek kata, ibu barak adalah eksekutor yang memainkan operasi Cipta Kondisi. Sedang para penghuni distimulasi melakoni jalan konsolidasi sosial. Ngeeri kali. 

Bentuk praktiknya itu dengan pengkondisian ruang bagi jumpa, berkenalan dan bertegur sapa. Per semester dalam setahun juga tampaknya akan baik-baik saja. Tapi bukan serupa arisan, traktir makan-makan, pesta taman atau setingkat itu. 

Berlama-lama dalam kerumuman masih tidak baik. #TetapPatuhiProtokol Lagi pula, ini barak isinya sekumpulan jelata tingkat alas kaki pemburu remah-remah ekonomi belaka, duit dari mana?

Paling tidak ruang seperti itu bisa dipelajari dari adanya jemuran. Tak banyak bicara kala menampung segala jenis cucian, pengharapan dan memungkinkan percakapan: "Masnya gak nyuci? Saya jemur di sini ya." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun