Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Melankolia Hujan

17 Oktober 2020   06:45 Diperbarui: 17 Oktober 2020   07:08 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Dokumen Pribadi

Hujan yang tiba di sela dua rumah panggung
seperti marah di antara dua airmata.

 
Bertetangga dengan bertengkar bertahun lama.
Menentang musim, peristiwa dan
merawat kemuakan masing-masing.
Buntu, ingin sekali meledak tapi tak bisa pergi kemana-mana.
 
Hujan yang mendarat di sela dua rumah panggung
seperti nyanyian mabuk di antara dua diam.

 
Bersebelahan dengan membelakangi bertahun sudah.
Membiarkan waktu berputar terlalu pelan dan
merawat kebencian di rongga dada.
Monolog, ingin berontak tapi kaki terlalu dalam menjadi akar.

Hujan yang meluruh di sela dua rumah panggung
seperti tarian disko di antara kegersangan jiwa.

 
Berdampingan namun tanpa daya percakapan.
Memelihara riuh yang
setiap sumbunya siap terbakar, berjalar.
Melestarikan musnah yang
setiap jejaknya berusaha disamarkan.
 
Hujan yang melata di sela dua rumah panggung
merapikan dusta belaka. Tidak lagi punya kata-kata.

Hujan yang betah di sela rumah panggung
turun di hati penguasa. Menggali jarak, menimbun dendam jelata.

***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun