Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Birds of Prey", Ketercampakan Perempuan dan Arus Balik

6 Februari 2020   01:06 Diperbarui: 6 Februari 2020   14:14 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birds of Prey (2020) | hnentertainment.co

Mereka lebih diikat oleh benang merah psikologi yang sama: dicerabut dari kehangatan kasih sayang dan penghargaan sebagai perempuan. 

Atau dalam bahasa Cathy Yan sebagaimana dilansir CNN,"Kami mendapati dia [Harley] tanpa Joker sejak awal film, dan lewat cerita dia belajar bahwa dia tak membutuhkan siapa pun kecuali dirinya sendiri. Dia tidak perlu berteman dengan perempuan lain walaupun mereka datang sendiri, dan mereka membebaskan diri sendiri di sepanjang film." 

Sisanya, mereka menghadapi musuh bersama yang berakar pada kuasa mafia yang bersenyawa dengan "misoginisme". Roman Sionis alias Black Mass adalah representasi dari kemafiaan yang misoginis itu.  


Sampai di sini, dengan membebaskan Harley Quinn dan berusaha membangun "narasi tandingan" atas kegilaan Joker, apakah BoP sukses menampilkan sosok Harley Quinn yang layak? Atau dalam bahasa Margot Robbie, Quinn yang lebih rentan dan tak terduga? 

Sejauh melihat sosok Quinn dalam akting Margot Robbie, saya memang menikmati karakter antihero yang eksentrik. Karakter yang sebelumnya memang sudah menonjol di Suicide Squad. 

Melihat sosok perempuan yang kegairahannya pada sadisme dan aksi-aksi liar cukup tersampaikan. Juga pertunjukan perihal kejiwaan yang menikmati brutalisme kekerasan sebagai seni mencapai tujuan. 

Potret ini paling kelihatan manakala Quinn pergi ke kantor polisi untuk membebaskan Cissa. Quinn membuat polisi laki-laki ibarat sansak bagi keahliannya menggunakan shot gun dan berkelahi tangan kosong. 

Sayangnya, walau kini terlihat Birds of Prey (and the Fantabulous Emancipation of One Harley Quinn) adalah cerita tentang arus balik perlawanan perempuan yang tercampakan kepada inti kekuasaan mafia, dalam pertempuran puputan dengan pasukan Black Mass, penonton hanya menyaksikan baku pukul yang datar. 

Black Mass dan pasukannya terlalu gampang dihancurkan. Sesuatu yang janggal mengingat betapa superiornya kekuasaan Black Mass. 

Black Mass jelas tidak memiliki lingkaran inti yang benar-benar loyal dan terlatih sebagai mesin pembunuh. Kondisi yang tidak lazin terjadi pada pucuk pimpinan kejahatan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun