Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Yang Menulis Gelisah, Mati Dalam Puisi

29 Januari 2020   10:54 Diperbarui: 31 Januari 2020   20:18 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pixabay.com

engkau menulis puisi,
dan gelisah.

kata-kata itu tetap saja murung,
menanggung luka. mungkin kutukan lama.

kata-kata itu masih saja marah.
memendam lara. tak banyak sabar tersisa

engkau berbicara agar yang memenjara
boleh terdengar seperti nasihat dan sejarah

engkau bercerita agar yang mengerikan
boleh terbaca seperti dongeng dan pitutur

tapi, siapa bersedia mendengarnya?

//
tadi pagi,
aku menemukan kata-katamu
berkabung di sebuah berita

katanya:
ada seorang penyair
membaca puisi
kemudian hujan deras
sebuah kota terapung

puisi-puisinya menjadi perahu
menantang arus ke hulu. membawa
apa saja kecuali si penyair.

bahkan dengan puisimu,
takdir enggan berkawan.

//
engkau selalu akan
menulis gelisah.

lalu mati,
dalam puisi. hening.

[Petai: Hari-hari menggenapi akhir]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun