"Ketika Anda tiba di klub sepenting Juve, maka selalu ada tekanan, namun saya tidak akan ada di sini jika saya tidak bisa mengatasinya. Saya harus beradaptasi dengan sistem baru, namun saya puas dengan segalanya yang terjadi." -Â Matthijs de Ligt
Juventus tidak menang besar tadi subuh di Lo Stadium.Â
Itupun dari gol semata wayang tendangan bebas Dybala. Jenis tendangan bebas dari "sudut yang mustahil".Â
Walau dari statistik keseluruhan pertandingan, WhoScored mencatat jika total umpan yang dilepas Bonucci, dkk adalah sebanyak 667 kali dengan 90%-nya adalah short pass. Ini hampir dua kali lipat dari yang dilakukan Morata, dkk.Â
Termasuk di dalamnya, 87% melakukan umpan yang sukses, 2 shots on target dan 12 dribbles won. Toh, Juventus gagal bermain menyerang terutama sesudah turun minum.
Di sisa 45 menit kedua, mereka dikepung dari segala penjuru. Atau dalam bahasa Antonio Conte, Juventus dipaksa menderita hampir sepanjang paruh kedua di hadapan agresivisme pasukan Simeone. Â
Sang Nyonya Tua yang mestinya menjaga kontrol sebagaimana di babak pertama gantian bermain defense layaknya tim tamu.
Lalu apa yang menarik dari kondisi di atas jika Juventus tetaplah wujud Italia yang dihidupkan oleh filosofi Catenaccio?Â
Jika kita menyebutkan filosofi bertahan ini dengan mengabaikan intensitas yang tinggi dari umpan pendek sebagai bukti nyata bekerjanya Sarriball maka Juventus masihlah isi usang dari cangkang yang berkilau.
Ternyata, akumulasi statistiknya mengatakan tidak. Dan, Juventus tetap tidak kehilangan soliditas gerendelnya.