Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Tak Ada Kabar Sebelum Fajar

10 Agustus 2019   10:59 Diperbarui: 11 Agustus 2019   21:37 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hitam di Langit | Dok. Pribadi

jadi, ia berserah sepagi ini,
belum melamun semenjak tadi.

segelas kopi yang cemar,
sesendok kikir madu bakau
bergelombang mengisi pikirannya
meski wajahmu tambah sukar bertukar

malam sepertinya telah menjadi
milik satu-satunya, bisa memaksa berkelahi
tanpa akan bercerai;
sebagaimana keheningan
seketika mencekam, sepuasnya meremukrajam
sementara orang-orang tak mampu pindah
dari takdirnya

sebegitulah ia
di depan matamu
dengan timbunan peristiwa
pernah tiba-tiba indah, kemudian cuma nelangsa

hati bukan tempat luar biasa
kecuali bagi sendu dan daftar marabahaya
yang bersembunyi sambil terus
memakan dirinya sendiri

jadi, ia berserah sepagi tadi,
oleh marabahaya di batang lehernya

tak lagi ada kabar
sebelum fajar.

[Petai, tinggal di tanggal tunggal]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun