Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Film "Polar", Atmosfir Neo-Noir di Hidup Pembunuh Bayaran

12 Mei 2019   12:30 Diperbarui: 12 Mei 2019   19:32 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film Polar (Januari, 2019) | Sumber: Teaser Trailer

Karena itu, yang tampak adalah perburuan satuan pembunuh Democles terhadap Kaisar Hitam yang berakhir dengan kekalahan telak. Blut kemudian menggunakan taktik yang lazim yakni dengan mengeksploitasi sisi yang lemah dari seorang laki-laki. Ia menculik Camille, membuatnya kritis dengan narkotik. Selain itu, dia juga menjebak Kaisar Hitam dengan menggunakan mantan agen sepuh. 

Audiens mulai tahu jika ketegangannya kini menyisakan sedikit babak saja sebelum ending. 

Kaisar Hitam disiksa (dengan aksi mutilasi yang ditampilkan dengan detil) tapi harus tetap hidup untuk menyelamatkan Camille yang sekarat. Semua yang menghalangi dibantai dengan teknik membunuh tingkat tinggi, seperti pada adegan di lorong sempit (yang divisualisasikan dengan sadisme yang detil, hih!). 

Sesudahnya, dia menegoisasikan pertukaran dirinya dengan Camille yang sebetulnya sedang menyiapkan ladang pembantaian bagi Democles. Semua operasi yang dirancang Blut berbalik arah dan memakan diri sendiri, sesuatu yang sudah diperingatkan Vivian (diperankan Katheryn Winnick, aktris berkebangsaan Kanada), perempuan dengan orientasi seksual sejenis lagi bengis. 

Tak ada yang tersisa dari pertukaran kekerasan atau realisasi dendam selain jalan baru kekerasan. Motif ini jugalah yang kemudian menyatukan Kaisar Hitam dan Camille ke semacam persekutuan taktis untuk memburu dalang di balik pembantaian keluarga Camille. 

Sebuah penutup yang merawat rasa ingin tahu. Khususnya bagi yang seperti saya, yang tidak pernah membaca novel grafisnya Victor. 

***
Catatan Tambahan
Sejak masih dalam novel grafis, pria bernama lengkap Victor Santos Montesinos telah menyebut jika cerita Palor dipengaruhi oleh komik-komik Marvel, novel-novel Trevarian, film Bourne dan Manga; jadi ini sebuah karya yang ambisius. 

Polar sendiri telah menyelesaikan 4 volume dimana volume 2 berjudul Came From the Cold, disusul Eye for an Eye, No Mercy for Sister Maria (vol, 3) dan The Kaisers Fall (vol. 4). 

Baru volume 1 yang berjudul The Black Kaisers, yang digarap Jonas Akerklund. Jonas adalah sutradara yang pernah sukses mendapatkan Grammy Award untuk video klip Madonna yang berjudul "Ray of Light". 

Di mata awam saya, Jonas membuat Polar tampil dengan intensitas "Neo-Noir Fiction atau Black Film" yang cukup berhasil. Dia berhasil memberi efek visualisasi yang kuat dengan adegan-adegan yang mengguncang posisi selera yang terlanjur mengalami penyederhanaan ala sinetron, entah produksi nasional atau akibat impor (selera). 

Penyederhanaan yang melipat kompleksitas dunia manusia ke dalam kategori benar/salah dengan menghindari percakapan tentang seluk-beluk motif, dorongan bahkan narasi tidak terungkap dari riwayat kelam manusia itu sendiri. Riwayat yang seringkali menerima kategorisasi sebagai bentuk kompromi atau adaptasi terhadap dunia orang ramai dimana moralisme hidup dari represi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun