Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Pada Tatap yang Tutup

11 April 2019   20:40 Diperbarui: 12 April 2019   03:43 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: The Conversation

- hanya kepada siklus!

pada sebuah tatap yang tutup,
kita pernah menahan cakrawala berusaha kabur dari matamu
hari itu jendela berwarna kelabu sedang politik penuh nafsu itu
berderet-deret di depan pintu

namun pintu terlanjur terbuka,
segala yang merangkum kita merembes ke angkasa
aku merasa kalah, marah-namun kau percaya
semua baik-baik saja; tidak ada yang berbeda

"aku/kamu akan selalu menjadi perpustakaan
bagi pikiranmu/ku yang gamang
atau taman bermain
bagi kekanakanmu/ku sendiri."

tidakkah segala yang membasahi angkasa,
terlanjur jauh dari nyata-yang bisa kupeluk seketika?

menjadi perpustakaan akan lekas purba,
seolah kitab dari masa entah
manakala orang-orang belum merindukan negara
dengan tangan-tangan mengambil ke segala

adapun dengan riwayat taman itu,
hanya tinggal debu berbangkai kayu
pada lansekap sebuah kota
yang memisahkan ayah ibu dari anak-anaknya

ooh, wahai waktu!

di tubuhmu, dahulu
ada seseorang yang selalu tersentuh-
hati mudah luluh, kepala yang lekas
mengajukan ragu

di kepalaku, sampai seluruhnya wagu
tinggalah sepasang mata dengan pembacaan
berulang di depan sajak biru
perihal kita yang pernah dirangkum butuh

pada tatap yang tutup
bibir kita kini terkatup

[April, 2019]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun