Ada satu institusi bisnis ekowisata yang sudah bekerja selama sepuluh tahun Kalimantan Tengah, khususnya dalam wisata susur sungai dan pengamatan satwa yang berada di wilayah Katingan dan Seruyan. Paket wisata mereka memiliki pasar internasional, dengan tamu-tamu yang berasal dari Amerika, Jerman atau negara-negara di Asia.
Mereka adalah kelompok Kalimantan Tour Destinations (KTD) atau yang lebih dikenal dengan Wow Borneo. Ibu Gaye Travinsin adalah direkturnya. Bersama dua orang staffnya, beliau bermurah hati menuntun kami belajar Ekowisata.Â
Jika kamu ingin tahu lebih banyak, silakan mengunjungi website mereka: Wow Borneo. Kalau kamu masih juga gak penasaran, noh pelototin video di bawah ini, Gengs.
Aksi Inversi: Mendadak Outsider alias Turis Sehari
Sekilas catatan menyebutkan jikalau industri turisme sendiri diperkirakan paling sedikit telah tumbuh sejak masa Roma Kuno (abad ke-8 SM). Ditandai dengan munculnya orang-orang kaya (wealthy citizens) yang memutuskan untuk menghabiskan musim panas mereka di luar kota, melakukan perjalanan di pedesaan dan pantai.Â
Dalam era yang telah lebih kompleks oleh "tekanan globalisme", alasan-alasan untuk menghabiskan musim tertentu dalam perburuan kesenangan atau pemulihan kelelahan psikis khas manusia mungkin berjangkar pada kondisi-kondisi negatif modernitas. Negatifitas yang berkaitan dengan pemaksimalan prinsip-prinsip efektif dan efisien yang memaksa manusia terpelihara oleh kalkulasi-kalkulasi ala Homo Economicus seperti yang digambarkan Romo Herry-Priyono.Â
Lalu bagaimana dengan saya atau kumpulan kami yang sekilas terlihat berdiri diantara tradisionalisme yang megap-megap dengan modernisme (= pertumbuhan ekonomi) yang masih entah untuk (si)apa? Apa jenis negatifitas manusia modern yang menerpa saya?
Pada proses pembalikan sebagai turis dalam sehari itu, saya mengalami beberapa "momen" yang mungkin bisa menjadi penjelasnya. Setidak-tidaknya dengan meletakkannya pada pergumulan biografis.Â
Persisnya, proses pembalikan itu muncul dari ide ibu Gaye dalam melakukan simulasi. Beliau mendudukan kami sebagai turis yang mendapatkan layanan "Spirit of Kalimantan".
Saya dan teman-teman peserta lalu dituntun untuk melihat segala fasilitas dan layanan yang disediakan.Â
Saya mulanya hanya berseloroh, "Jika sebelumnya, kita di kampung, ada kapal membawa bule, kita spontan berkata 'Wiih, ada bule', kali ini berbeda. Gantian kita dari kapal yang mengatakan, 'Wiih, ada kampung!', hehehe."