Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menjadi Turis dalam Sehari

12 September 2018   10:19 Diperbarui: 12 September 2018   17:57 2217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desa Telaga dilihat dari tengah sungai Katingan, Kalimantan Tengah | Dok.pribadi.

Bermula dari Kelas Belajar
Hari baru akan memasuki sesi makan siang dan hujan turun. Deras dan konstan. Ruangan seperti dibekap cemas. Ini kalau hujannya hingga sore, kelas belajar terancam bubar sebelum tuntas, batin saya.

Kecemasan yang makin berlebih mengingat kelas kali ini diampu oleh seorang ibu dari Australia yang sudah berpuluh tahun mengembangkan bisnis ekowisata khas sungai dan hutan. Ibu Gaye Travinsin, namanya. Kelas itu adalah kelas belajar Pengelolaan Ekowisata (Buat Pemula). 

Kelas yang diikuti oleh orang-orang desa yang mengabdikan diri mereka sebagai pengurus dari Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD). Kelembagaan yang bekerja menjalankan mandat Hak Pengelolaan Hutan Desa (HPHD) dalan perijinan Perhutanan Sosial. Jumlah mereka tak banyak. Hanya 10 orang. 12 ditambah saya dan seorang kawan.

Orang desa yang sehari-hari hidup di pinggiran DAS Katingan, Kalimantan Tengah. Perkampungan mereka yang dibentuk dari rumah-rumah panggung ini berada di kecamatan Kamipang, sekitar 3-4 jam dari Palangkaraya dengan kendaraan darat. Atau kalau menggunakan perahu besar (kelotok) dari Kasongan, ibu kota kabupaten Katingan, bisa memakan waktu sekitar 4 jam. 

Sementara sumber-sumber utama dari produksi ekonomi rumah tangga mereka adalah dari perikanan tangkap dan pemanfataan hasil hutan. 

Kelas Belajar Ekowisata ini adalah kelas pertama yang dilaksanakan untuk membangun wawasan bersama terhadap sungai dan hutan rawa Gambut sebagai ekosistem yang terintegrasi. Makna terintegrasi adalah kelestarian keduanya saling mengandaikan.

Anda tidak bisa mengharapkan sungai akan baik-baik saja jika hutannya meranggas mati, sama sebaliknya. Pada akhirnya, manusia juga tidak akan baik-baik saja. Selain itu, harapan butuh tindakan untuk menjaganya tetap hidup di batas niscaya, bukan?

Hal kedua, kelas ekowisata atau ecotourism itu dimaksudkan agar nantinya boleh mengelola keindahan sungai dan hutan atau perkampungan dan tradisi yang hidup di dalamnya sebagai asset wisata yang memberi manfaat ekonomi.

Pemanfataan keindahan lansekap sungai dan hutan di lokasi hidup mereka, dimana Bekantan dan Orangutan juga burung-burung khas hutan rawa gambut hidup di dalamnya, bukan sesuatu yang sekadar mengikuti trend. Lebih penting lagi, usaha pemanfaatan ini adalah pilihan bersama yang diambil agar boleh menemukan alternative economy yang lebih tangguh dalam menjaga kelestarian alam sekaligus sumber baru dari peningkatan kesejahteraan warga desa.

Dua tujuan besar yang juga menjadi inti nilai dari kebijakan Perhutanan Sosial itu sendiri. Terus, dengan tujuan yang sedemikian besar dan berdampak panjang, siapa yang bisa diajak berbagi pengalaman dan mimpi?

Yakinlah jika niat baik selalu menemukan persekutuannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun