1
aku ingin merelakan ingatanku
di tubuh sebuah janji. namun ia telah
serupa pidato dengan kata-kata penuh kutuk
di saat kita merasa sedang menjadi manusia
 Â
ada perpustakaan yang selalu terbuka
pintunya di matamu. dulu. isinya sarat buku-buku
tentang rasa takut. ada pula komik
dengan tokoh yang selalu ragu-ragu,
ada puisi-puisi tentang kemenangan--setidaknya
menurutmu seperti itu. tapi yang kubaca justru
petualangan-petualangan patah harap
yang menyamarkan air matanya di dalam
hujan. puisi yang memuja hujan.
2
kau pernah mengajakku bertemu di halaman belakang.
mungkin di sini, bisa kubaca manusia
sebagai jalan terjal penemuan. perihal kebahagiaan
atau sekedar bebas dari ketakutan, atau hal-hal yang
membantuku berhati-hati membicarakan
janji denganmu.
sedang yang ku temukan hanyalah
bagaimana berbicara dengan diriku sendiri.
3
subuh ini, hujan kembali lagi
dan kita merasa lebih nyaman
diam. di dalam sepasang
keranda.Â
sebagai keheningan yang selalu menolak diikrarkan.
***