Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Momen Berbahaya

29 Maret 2017   09:07 Diperbarui: 29 Maret 2017   19:00 1050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock

Kepala miring remaja perempuan terus tegak lurus, matanya membelalak, jemarinya melepaskan diri dengan kasar dari genggaman Papah-nya, "Kan aku sudah bilang aku gak suka keju. Gak pernah suka. Sejak kapan aku makan ayam berkeju. Kamu bodoh, apa gimana?"

Aku terus maju, giliranku memesan. Dua remaja itu kini tengah bertengkar di halaman parkir. Melihat kejadian aneh ini, aku tak berharap apa-apa. Hanya bersykur, aku anak tunggal. Aku tak perlu cemas dengan pergaulan adikku. 

Disinilah, di momen tragedi Mama Papah SMP yang bertengkar, aku menemukan gairah itu.

"Pesen apa Kakak?"

Pramusaji menyapaku. Senyumnya mereka, matanya begitu sabar. Menunggu.

"Yang menu Jepang saja Mba. Minumnya lemon tea. Berapa?" 

"Saya baca lagi ya, Kakak," jawabnya sambil mencatat di keyboard yang tersambung dengan layar harga," Yakiniku satu, lemon tea satu. Lima puluh ribu rupiah, Kakak."

Ku keluarkan lembar biru. Senyum pramusaji masih merekah. "Makasih, Kakak," ucapnya sambil menyatukan dua telapak tangannya di depan dada. Manis sekali. Sumpah.

"Kakak, masih ada yang mau dipesan?"

"Ke..na pa? Oh..tidak, tidak. itu saja, Dik.eh, Mbak. Itu saja."

"Ada yang masih ngantri. Nanti pesanan diantar ke meja ya Kak."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun