Mohon tunggu...
TUTI AULIYANI
TUTI AULIYANI Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Membangun Pengenalan Kehidupan Kampus yang Humanis

24 Agustus 2015   15:54 Diperbarui: 24 Agustus 2015   17:41 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mahasiswa baru adalah individu yang sedang berproses menuju kematangan pribadi. Mereka, pada umumnya saat memasuki dunia kampus, belum mengenal proses belajar-mengajar, juga belum mengetahui sarana dan prasarana yang dapat digunakan untuk mendukung proses belajar di Kampus. Selain itu mahasiswa baru juga belum mengenal civitas akademika yang akan berinteraksi dengan mereka selama menempuh pendidikan. Untuk itu perlu adanya kesiapan psikologis maupun sosial agar dapat beradaptasi secara cepat dengan proses belajar-mengajar di dalam kampus. Salah satu karakteristik yang banyak dijumpai pada diri mahasiswa adalah secara psikologis belum siap untuk melaksanakan proses pembelajaran pendidikan tinggi yang berbasis pada otonomi keilmuan dan kebebasan mengembangkan mimbar akademis, untuk menemukan serta membawakan dirinya sebagai model intelektual dalam bermasyarakat di kemudian hari.

Berdasarkan fenomena yang ada pada diri mahasiswa baru, maka kesiapan mahasiswa baru dalam hal akademis, psikologis serta normative-etis untuk memasuki kehidupan kampus sangat penting bagi keberhasilan pendidikan mereka. Oleh karena itu maka mahasiswa baru perlu dipersiapkan sebaik-baiknya. Disisi lain, fakta menunjukkan bahwa proses pembimbingan terhadap mahasiswa baru untuk mengantarkan ke kehidupan pendidikan tinggi sangat beragam.

Setiap kampus mengembangkan model pengenalan kampus sesuai dengan intepretasi masing-masing terhadap nilai kepentingan pembimbingan mahasiswa baru dalam memasuki tradisi kehidupan kampusnya. Namun, proses pengenalan kampus yang sangat beragam tersebut tidak dilandasi kajian ilmiah dengan berbagai tujuan esensi penyiapan psikologis-sosial yang sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan mengikuti pendidikan tinggi. Akibatnya dalam praktek penerimaan mahasiswa baru telah terjadi penyimpangan “tradisi”. Antara lain berupa : pelanggaran norma dan etika kesantunan kehidupan, arogansi kekuasaan dan kekerasan fisik dengan akibat kesakitan psikis maupun fisik, bahkan sering menimbulkan adanya korban jiwa yang tidak ternilai harganya.

Pengenalan kehidupan kampus atau lebih tenar disebut dengan ospek merupakan salah satu cara bagi sebuah kampus dalam mengenalkan berbagai kualitas yang dimiliki oleh kampus tersebut kepada mahasiswa baru. Berdasarkan Panduan Umum Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Dikti) tahun 2003 mewajibkan seluruh Perguruan Tinggi di Indonesia melaksanakan sebuah Pengenalan Kehidupan Kampus yang berlaku pada masing-masing Perguruan Tinggi dengan tetap berpedoman pada panduan dari Dikti.

Perubahan istilah yang awalnya bernama Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (ospek) bertujuan untuk menghilangkan kesan negatif yang telah lama melekat. Perubahan istilah ini juga diikuti dengan perubahan sistem pelaksanaan pengenalan kehidupan kampus yang dulunya kerap menjadi momok yang menakutkan bagi mahasiswa baru. Sebab, sampai sekarang walaupun telah berganti istilah dengan sistem pelaksanaan yang jauh lebih bisa dikatakan manusiawi tetap saja menimbulkan kesan negatif diantara mahasiswa baru. Padahal, sekarang ini pengenalan kehidupan kampus tidak lagi menerapkan sistem perpeloncoan seperti yang telah banyak disaksikan oleh sejarah.

Melihat pada panduan umum pengenalan kehidupan kampus bagi mahasiswa baru yang dikeluarkan Dikti terlihat bahwa tujuan umum dari kegiatan pengenalan kampus merupakan suatu upaya memperkenalkan mahasiswa baru pada kegiatan kampus. Sehingga, mahasiswa baru akan menjadi lebih cepat untuk beradaptasi dengan kehidupan kampus. Pengenalan kehidupan kampus diadakan bukan sebagai ajang perpeloncoan ataupun ajang untuk tampil “eksis”, namun sebagai ajang perkenalan bagi mahasiswa baru. Oleh sebab itu, perasaan yang muncul haruslah perasaan senang dan bangga dalam menjalaninya, bukan perasaan terpaksa dan tertekan.

Kegiatan pengenalan kehidupan kampus atau yang sejenis merupakan hajat Rektor selaku pimpinan tertinggi Universitas untuk mengenalkan kehidupan kampus sehingga mahasiswa memiliki kesiapan dalam menempuh studinya. Sehingga, segala kebijakan dalam semua unit harus mengikuti ketentuan dari pihak universitas. Dalam kebijakan Universitas diterangkan bahwa terhindar dari berbagai bentuk perpeloncoan, pemaksaaan, pelecehan, kekerasan, pemberian tugas di luar kewajaran (di luar kondisi dan daya jangkau peserta) objektivitas, rasionalitas, dan hubungan insan yang edukatif. Pakaian, kostum, dan atribut mengandung nilai-nilai keterpelajaran dan kewajaran kehidupan mahasiswa kampus. Sehingga akan terhindar dari penggunaan bahan-bahan dan bentuk atribut yang tidak menjunjung tinggi keterpelajaran, seperti pakaian berbahan karung bekas, topi berbahan kertas Koran dan lain-lainnya.

Di alam reformasi pendidikan tinggi yang berbasis kompetensi dan otonomi penyelenggaraan kampus, adanya hal-hal paradoksional dalam penerimaan mahasiswa sebagai warga baru kampus harus diakhiri. Proses perubahan dari pola lama penerimaan mahasiswa sebagai warga baru oleh masyarakat kampus juga dirubah, dari ketentuan yang terikat dengan berbagai peraturan menjadi tindakan kesepakatan atas dasar ketentuan yang telah ada, mengacu pada kaidah kesantunan dan kearifan masyarakat akademis kampus. Melihat fakta lapangan, maka patut kiranya mempertanyakan kembali pertanyaan-pertanyaan diawal.

Bila Pengenalan Kehidupan Kampus tidak berjalan sesuai dengan tujuan awal, lantas siapakah yang patut dipersalahakan? bisa menjadi salah satu sarana dalam pencapaian mahasiswa yang berkualitas baik dari segi intelektual maupun emosional dan spiritual. Bila seseorang memasuki lingkungan yang baru, dibutuhkan waktu sebagai proses beradaptasi.

Begitu pula dengan mahasiswa baru. Akan tetapi, bila proses adaptasi ini tidak dibarengi oleh keadaan lingkungan yang mendukung, bisa jadi terjadi pemahaman serta penafsiran yang salah. Seperti halnya bila mahasiswa baru menganggap bahwa kegiatan tersebut tidak lain merupakan ajang senioritas saja, maka tidak ada kesan baik yang ditimbulkan. Bahkan bisa saja kegiatan pengenalan kehidupan kampus yang berlangsung selama ini hanya dianggap membuang waktu, tenaga, pikiran serta biaya saja tanpa ada proses belajar didalamnya.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun