Mohon tunggu...
Tursina  Samira
Tursina Samira Mohon Tunggu... Seniman - Manusia setengah peri

di pixie hollow

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peranan Islam dalam Kehidupan Generasi Milenial di Tengah Berkembang Pesatnya Teknologi

15 Agustus 2020   21:37 Diperbarui: 15 Agustus 2020   21:39 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bagaimana peranan Islam dalam kehidupan generasi melenial?

Generasi melenial pada zaman sekarang cenderung kurang melibatkan Allah SWT dalam kehidupannya maka ia harus berhadapan dengan kenyataan bahwa perkembangan teknologi mempunyai banyak keterbatasan. Para ilmuan juga menawarakan rasa optimisme terhadap kemajuan tekonologi saat ini, namun tetap saja ada kenyataan pahit di dalamnya bagi manusia. Bukankah orang miskin tetap menjadi penghuni terbesar di bumi ini? Bukankah peperangan diberbagai belahan dunia terus saja terjadi dan tiada henti-hentinya? Kekejaman teroris dan keserakahan para koruptor semakin menjadi-jadi. 

Ada banyak orang yang menempuh pendidikan tinggi dan mempunyai kekuasaan untuk mensejahterakan kehidupan bersama namun kehilangan kepekaan hati terhadap kepentingan rakyat-rakyat kecil dan sibuk mencari keuntungan pribadi dan mempertahankan kekuasannya dengan menghalalkan segala cara. Kerusakan-kerusakan terus saja terjadi pada alam yang disebabkan oleh tangan-tangan manusia yang tak bertanggung jawab. Kasus-kasus moral seperti narkoba, seks bebas dan pelecehan terhadap wanita dan anak tetap tidak berkurang meski teknologi telah berkembang pesat. Bahkan tidak jarang, kasus-kasus moral tadi dipermudah oleh teknologi. Manusia rindu akan keadian tetapi lupa bahwa menyingkirkan Allah SWT dan agama merupakan kehancuran bagi manusia itu sendiri. Maka, peran agama sangat diperlukan di tengah optimisme manusia pencipta IPTEK yang terkadang lupa berhadapan dengan akibat dari perkembangan IPTEK itu sendiri.

Di tengah berkembang pesatnya IPTEK pada saat ini, agama ditantang untuk memberikan refleksi cerdas yang menarik bagi generasi milenial. Pemahaman yang dipersempit hanya pada yang berciri deduktif dan otoritatif dan hukum-hukum yang mengarahkan pada kehidupan syurgawi tidaklah cukup. Agama perlu membuat para generasi milenial untuk merefleksikan dan memaknai berbagai pengalaman konkrit ditengah kegaduhan di dunia ini. Selain itu juga, di tengah mentalitas modern yang menawarkan rasa optimisme terhadap akal dan budi manusia, agama harus menuntun manusia pada kesadaran insani bahwa hidup bukan hanya sekedar proses alami, melainkan proses religius dan kutural yang membuat hidup menjadi utuh dan mengarahkan tujuan hidup tertinggi yang melampaui hal-hal material dan duniawi.

Agama tidak perlu dipertentangkan dengan pekembangan IPTEK. Manusia beragama maupun manusia IPTEK sama-sama ciptaan Allah SWT, yaitu penghuni alam semesta. Keyakinan iman seharusnya memberi pencarahan bagi pengembangan IPTEK agar manusia sadar akan keterbatasannya. Secanggih apapun teknologi dan sehebat apapun manusia, tetap saja tidak akan mampu menguak segala misteri kehidupan ini. Kegagalan IPTEK tidak perlu membuat manusia merasa pesimis terhadap hidup dan masa depannya. Manusia tidak hanya belajar dari kemampuan yang dimilkinya yang mendatangkan rasa optimisme. Manusia juga belajar dari kegagalan dan memaknai keterbatasannya untuk menegaskan bahwa ada kuasa Allah SWT yang terlibat dalam sejarah hidup manusia. Usaha manusia untuk mengembangkan teknologi harus mempertimbangkan keutuhan pribadi manusia dengan segala dimensi yang dimiliki.

Manusia bukan hanya menjadi penghunia alam semesta ini melainkan juga yang mengolah dan bertanggungjawab untuk menjaganya agar hidupnya lebih manusiawi. Puncak dari segala usaha manusia dalam mengolah dunia ini tak lain dan tak bukan adalah teknologi. Dunia ini tidak berada di luar diri manusia. Dunia adalah panggung sejarah bagi manusia, yang ditandai dengan keberhasilan dan kegagalannya. Dalam dunia yang seperti ini manusia diberikan kebebasan untuk menentukan pilhan hidupnya. Manusia diberikan kepercayaan oleh Allah SWT untuk mengelola dunia demi perkembangan hidup manusia itu sendiri. Perkembangan hidup manusia tidak bisa dipisahkan hubungannya dari sesama manusia dan dengan dunia yang meliputinya. Meskipun hubungan itu mempengaruhi sikap, tindakan,dan pola pikirnya, namun hubungan itu tidak bersifat mengikat.

Para ilmuwan mencoba membahaskan hubungan atau relasi dirinya dengan sesama dan alam semesta secara ilmiah. Kajian empiris dengan kaidah-kaidah ilmiah membantu untuk semakin mengenali kehidupan dan alam semesta seisinya. Namun tidak semua hal yang ada dimuka bumi ini bisa dijelaskan secara ilmiah. Ada sisi misteri yang tidak bisa dicerna oleh akal manusia. Agama membahasakan pengalaman misteri bukan dengan penjelasan ilmiah melainkan dengan berbagai modalitas bahasa manusia. 

Bahasa kultis-simbolik dipakai untuk menumbuhkan rasa kagum atas pengalaman hidup dan gentar terhadap kekuatan Yang Maha Kuasa yang sedemikian agung. Pengalaman akan kedahsyatan karya Allah SWT yang terllihat mengagumkan sekaligus menakutkan berimpilikasikan pada tindakan etis, yaitu sebuah gerakan pemeliharaan dan pelestarian alam serta menjadikan manusia semakin dekat dengan Allah SWT. Dengan ini, manusia di era IPTEK yang semakin sadar akan jati dirinya seharusnya semakin menyadari betapa lemah dan kecilnya mereka dan bersujud dihadapan Tuhan Sang Penguasa alam semesta ini yang sangat menakjubkan sekaligus menggentarkan.

Dihadapkan dengan letusan gunung yang dahsyat dan tsunami yang menghancurkan hidup, manuia modern yang sangat yakin akan dirinya sebagai makhluk yang amat sangat cerdas yang mampu memperhitungkan berbagai peristiwa alam harus mengakui dengan segala kekurangan dan kelamahannya. Kenyataan bahwa alam yang perkasa dan keterbatasan yang dimilki manusia memberi pencerahan untuk mengubah agama yang dogmatis dan eksklusif menuju agama yang inklusif, kontekstual dan peka terhadap berbagai pesoalan yang dihadapi manusia. Hidup manusia tidak cukup hanya dipahami lewat dogma dan hukum yang bersifat beku melainkan berkaitan dengan keyakinan, suara hati, tata hidup bersama, tata kerja relasi dengan alam sekitar dan tindakan-tindakan moral kemanusiaan yang bertanggungjawab.

Tursina Samira

KKN-DR 127

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun