Mohon tunggu...
sigit purwanto
sigit purwanto Mohon Tunggu... Jurnalis - Saya jurnalis. Pemburu durian. Ketua durian traveler Indonesia

suka jalan-jalan. selalu mengamini di setiap persimpangan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Raden Montong dari Karangayar

16 April 2017   06:13 Diperbarui: 16 April 2017   16:00 3499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

n21a0768-58f2a8dd8423bd5054fff578.jpg
n21a0768-58f2a8dd8423bd5054fff578.jpg
n21a0718-58f2a86eed96730e1a4ebe5c.jpg
n21a0718-58f2a86eed96730e1a4ebe5c.jpg
n21a0734-58f2a84c6223bd7545796e8a.jpg
n21a0734-58f2a84c6223bd7545796e8a.jpg
n21a0712-58f2a8026223bd0847796e8b.jpg
n21a0712-58f2a8026223bd0847796e8b.jpg
Kamis 2 maret 2017 ketika Raja Arab Saudi sedang berkunjung ke DPR, saya sedang asik menikmati durian montong di kebun milik Johan Ariono. Kulit buahnya renyah,daging lembut tanpa serat, rasa manisnya meleleh dilidah seperti keju mozerela hangat. Hmm….so yummy. Ahh.. ini oasis di tengah pacekliknya durian di pulau Jawa.

2 hari sebelum perjalan dinas nguli tinta di Jogja, saya memang mengincar bapak yang satu ini. Di sebuah timeline Facebokk seorang teman. ditulis detil tentang sebuah kebun di Karangayar yang berbuah lebat. “What… di masa paceklik durian di pulau Jawa masih ada yang panen!!. Pasti ini orang luar biasa, guru yang mesti dikopek ilmunya, nek iso dibundel ilmunnya kayak serat Centhini.

Tanpa basa basi saya langsung mengirim pesan ke beliau lewat FB dan meminta ijin sekedar berkunjung. Beliaupun dengan bijak mengiyakan namun tanpa janji bisa bertemu. Minggu ini tamunya menggunung. Kabar kesuksesan beliau yang berhasil memanen durian di masa paceklik, seperti kabar penemuan batu akik Giok 20 ton di Aceh. Semua orang ingin berkunjung, semua orang pengin menikmati durianya, ya.. orang itu termasuk saya

8 hari berlalu di Jogja, perkerjaan sayapun sudah selesai. Saya sengaja mengambil last flight biar bisa mampir ke kebun beliau. Eiit sayang sekali mungkin tak ada jodoh, beliaupun masih sibuk antar pulang seorang peneliti durian dari Malaysia yang juga “soan” ke kebunnya. “Yo wis nasib, piye meneh tuku Bakpia aee ra sah lihat duren”. Dalam hati saya baper.

“Nek penerbangan jam 20.00, kekebun aja mas, Ada istriku ma pekerja, enggak papa nanti saya nyuusul”.
 Wedih kaya kena angin surga ketika di wall message beliau mengatakan seperti itu. Langsung secepat kilat “gedebag-gedebug” saya rapikan baju dan cabut dari hotel. Supir rental saya pun sampai bingung melihat saya kesetanan kayak Jaran Kepang."mau kemana kita mas?."
 “Wis melu aee kita karanganyar"

Jogja- Karangayar saya tempuh selama kurang lebih 2 jam. Masuk ke dusun Tepus, Sewurejo, Kecamatan Mojogedang, kabupaten Karanganyar,seperti masuk ke desa wisata buah. Disana-sini pohon buah tertata rapi. pohon durianpun menggudang di sela sela rumah warga. “Tapi kok ndak da yang buah yah hoax kali yah.” Kata saya dalam hati.

Mencari rumah pak Johan gampang, tanya aja warga sekitar, semua tahu rumah beliau, dari pintu utama kampung ada jalan kecil menjorok ke dalam, jalannya seperti lembah kecil dan muaranya adalah perkebunan beliau. Dari pintu gerbang, disebelah kiri sudah terlihat sekitar 20 buah durian yang maha besar. “Kok koyo ngawe –ngawe, ngileri”. “Pernah di taksir wong ayu, mak seeer yo, yah gitu rasane, pokok e’ .. “ngateli, bawaanya pengin dipenek'’

Baru saya masuk ke kebun, di belakang sudah muncul pak Johan dengan mobil tuanya. walah kok bareng. nek Akamsi mang lebih hebat, tau jalan nek wong Bekasi ki kantro tahunya jalane lurus tok, jadinya lammmmaa.

“Jangan disini panas di belakang saja”. Katanya ramah.
 Pak Johan terlihat masih muda dan energik, beliau tergopoh -gopoh menerima kami kayak kedatangan raja Solo aja . “..elah pak, aku ki sopoo. Lare alit sekelaas mukidi kok disambut ngono, jadi saya yang rikuh pakewuh.”

Bunyi telepon selular pak Johan bertalu-talu tanpa henti, hampir setiap menit ada yang menayakan Durian.
 "Nanti ya pak"
 "Coba minggu depan"
 Katanya berkali-kali, pak Johan sepertinya kewalahan menerima tingginya pemesanan.
 "Maaf ya mas, ini sudah 400 orang mengantri mau beli durian, stok lagi terbatas. Saya juga ndak bisa lansung lepas, setelah jatuh saya cek dulu kualitas buah durianya. Kalau ok, baru saya lepas ke pembeli" katanya bijak

Saya pun menarik nafas panjang, mata nanar, buah durian diatas pohon seperti bersayap, terbang entah kemana, Zonk!!..tak kan ada durian yang bisa saya nikmati..
 "Sebentar"katanya dan lalu ke rumahnya yang terletak disebelah kebun. Mata saya pun masih nanar, buat penawar saya nikmati saja pemandang pohon durian montong yang sedang berbuah. Bila berdiri di kebun durian seperti ini, alamak nikmat apalagi yang kau dustakan. Dari pojok ke pojok pokok durian cukup lebat berbuah. Ukuranya itulah yang bikin kagum geudeeenya mas broo… Rata -rata diatas 5 kilo. Belum lagi lahanya tertata rapi berundak. Pohonya pun seperti dijaga ketinggiannya tak lebih dari 7 meter, nampak seragam kayak anak SD lagi upacara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun