Mohon tunggu...
sigit purwanto
sigit purwanto Mohon Tunggu... Jurnalis - Saya jurnalis. Pemburu durian. Ketua durian traveler Indonesia

suka jalan-jalan. selalu mengamini di setiap persimpangan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Di Jepara Ada Durian Seenak Musangking?

30 April 2018   12:12 Diperbarui: 30 April 2018   12:34 2811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Begitu dibuka, warna kuning terangnya sudah menebar pesona. Bentuknya acak acakan, sexy seperti rambut gadis sehabis mandi.  Rasanya. Hmmm.. Durian seperti ini yang membuat saya nagih.  Sangat lembut,  manis dengan sensasi pahit arak yang berputar putar di lidah. Aduh saya di madu durian nenek Jepara.



Ujan tiba tiba aja melebat ketika kami menyusuri desa desa di kecamatan  kecamatan batealit. Jalan licin sempit bercampur tanah merah membuat laju mobil oleng.
"Wis aku ae mas sing bawa kata isnul abdi. Saya pun menyerah merelakan kemudi oleh mas Isnul.

Jalan ini sudah sangat ia kuasai, setahun blusukan mencari durian unggulan membuatnya begitu hafal setiap kelok liar jalan desa.

"Sebenarnya sy menekuni dunia ini baru om. mulai dari iseng saya post durian bunga di group maniak duriandi facebook bulan oktober 2017,ternyata banyak komen  positif tenteng durian Jepara. Kata Isnul

Hujan yang turun menambah asri setiap sudut desa, hawa sejuk bertabur aroma tanah sehabis hujan menabuh sendu. Dikiri kanan jalan rumah tua berbentuk joglo tak renta di sepa zaman. Corak ukiran berbasuh hujan menambah ritmis suasana. Ah saya butuh kehangatan.. 

"Kita ke durian buyut dulu mas"!!,  kata Isnul sambil berlari kecil menembus hujan..  Di seberang seorang nenek renta menyambut kami dengan senyuman.
"Ini pemilik nya mas mbah buyut, pohonya itu di belakang rumah, dah mau habis buahnya".  Kata isnul  menunjuk pohon besar setinggi 30 meterran.
"Kulo sing tanam mas kata si Mbah,  lali dulu ambil biji dari mana"!!. Hehe kata beliau terseyum dengan bibir manis berlabur dubang. 

Dok.pribadi
Dok.pribadi

"Sik iki uangel bukanya" kata isnul. Durian buyut berkulit hijau segar dengan berat sekitar 3 kilo. Begitu  di buka daging putih kapur montok. Jujur saya agak kecewa,  daging putih susah di buat cerita, kurang menarik tapi tak apalah kalau di coba.

Dan teryata saya salah, duren buyut teksturenya padat dan kering namun sangat krimi. Ndak becek.  Paitnya dominan dengan manis yang pas ndak keteteran. Rasanya paitnya ndak cuma ninggal di mulut tapi menjelajar menghangat tubuh.  Kan jangan terpedaya warna, yang penting rasa Bung. 

Bicara durian warna putih, Masih di desa Bateelit ada satu lagi durian wisnu warna sama Hijau,  ukurannya lebih besar dagingnya lebih krimi dan becek. Rasanya tak kalah malah menurut saya lebih pait. Apalagi banyak biji kempetnya.. Beueeeh rasanya mak yus berasa sampai tulang belakang.



Dari balleiet pemburuan masih dilanjutkan ke kebun Pak Moko. Sepanjang jalan Puluhan glondong  kayu  bereret.  Hilir mudik truk bermuatan furniture mentah menguatkan cerita kalau nafas kota Jepara hidup dari industri ini.  Tapi lacur sebagai kota yang hidup dari industri kayu, mulus, jenjang kayu durian sering jadi incaran. Petani hanya pasrah tak peduli seenak apakah duriannya Karena kebutuhan ekonomi ratusan pohon durian berusia puluhan tahun di tebang. Isnulpun seperi berlari menahan gempuran chainsaw.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun