Indonesia sedang menuju era emas 2045. Bonus demografi, digitalisasi, dan kesadaran akan keberlanjutan lingkungan menjadi faktor kunci untuk menjadikan negeri ini maju dan berdaya saing global. Namun, pertanyaan penting muncul: bagaimana cara sederhana, kolektif, dan berkelanjutan untuk menghubungkan kesejahteraan ekonomi dengan kepedulian lingkungan?
Jawabannya bisa kita temukan lewat gagasan Green Gold Movement. Sebuah gerakan yang tidak hanya bicara tentang menabung emas, tetapi juga bagaimana setiap tindakan ramah lingkungan bisa menjadi investasi berharga bagi masa depan.
Kata kunci Pegadaian mengEMASkan Indonesia tidak berhenti di jargon. Ia hidup dalam aksi nyata yang mendorong masyarakat kecil, komunitas lokal, hingga generasi muda untuk menjadikan emas sebagai jalan menuju kemandirian finansial dan kesejahteraan.
Emas Bukan Hanya Investasi, tapi Inspirasi
Selama berabad-abad, emas dikenal sebagai simbol kekayaan dan kestabilan. Dalam budaya Nusantara, emas dipakai bukan hanya sebagai perhiasan, tapi juga simbol keteguhan hati dan warisan lintas generasi. Nilainya yang relatif stabil membuat emas menjadi pilihan utama masyarakat ketika mencari instrumen penyimpanan yang aman.
Namun Pegadaian membawa emas ke level baru. Emas tidak lagi dipandang sebatas logam mulia, melainkan alat pemberdayaan masyarakat. Lewat produk Tabungan Emas, siapa pun kini bisa memiliki emas dengan modal sangat terjangkau, bahkan mulai dari Rp10.000. Di sinilah emas menjadi inspirasi: bukan hanya simpanan, tapi juga sarana membangun mimpi.
Mengakui Fondasi: The Gade Clean & Gold
Sebenarnya, Pegadaian bukanlah pemain baru dalam menyinergikan isu lingkungan dan literasi keuangan. Sejak 2018, Pegadaian telah meluncurkan program The Gade Clean & Gold, yaitu inisiatif konversi sampah menjadi tabungan emas. Program ini terbukti memberi dampak positif, karena masyarakat didorong memilah sampah, menyerahkannya ke bank sampah binaan, lalu menerima emas sebagai hasil jerih payahnya.
Data Lampungnewspaper (2024) menunjukkan, di wilayah Sumbagsel sudah ada 11 bank sampah binaan Pegadaian yang aktif mendukung edukasi lingkungan. Bahkan penelitian oleh Puspita, Nairobi, Hendrawaty, Komalasari, & Suningsih (2023) menegaskan bahwa model bank sampah Pegadaian tidak hanya berkontribusi pada kebersihan lingkungan, tetapi juga meningkatkan literasi keuangan melalui konversi sampah yang ditimbang, dinilai, lalu dikonversi dalam gram emas.
Sejalan dengan hal itu, penelitian Unila (2023) menunjukkan bahwa literasi keuangan yang dikombinasikan dengan insentif lingkungan membuat masyarakat lebih mudah berpartisipasi aktif, terutama generasi muda. Artinya, edukasi finansial yang terintegrasi dengan keberlanjutan terbukti efektif meningkatkan kepedulian masyarakat.