Mohon tunggu...
Herlambang Tunas Gaharu Magelang
Herlambang Tunas Gaharu Magelang Mohon Tunggu... wiraswasta -

Petani Gaharu dan Singkong Gajah (Merdeka) di Lereng Gunung Merapi, penggagas dan pendiri Paguyuban Tunas Merapi (edukasi konservasi lereng Merapi)

Selanjutnya

Tutup

Nature

Menanam Pohon Bergaji Rp. 37 Juta! Mau?

21 September 2010   10:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:05 6318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

[caption id="attachment_264246" align="alignright" width="300" caption=""Salah satu pondok saya di kebun gaharu di Tapaktuan/Aceh Selatan"][/caption] Sebelum saya masuk ke topik tulisan, saya ingin cerita dahulu sedikit tentang akun saya ini. Saya membuat akun untuk bisa akses Kompas.com sudah semenjak Maret 2009, namun belum tahu bahwa akun itu bisa juga untuk bersurfing dan ber-sharing ria di Kompasiana. Hingga beberapa hari yang lalu saya mencoba masuk ke Kompasiana atas desakan dan rayuan kakak. Katanya, “Asyik dan bisa mencandu!” Ternyata benar adanya dan sangat mendidik. Saat saya muncul dengan id tunas gaharu, beberapa kawan mempertanyakannya, "Wah keren id kamu, itu nama kamu ya?" atau "Kenapa tunas gaharu, kok bukan tunas jati saja?", ada juga yang bertanya "Kamu jualan bibit gaharu apa toke gaharu?" Hehehe.... Ini menjadi menarik sekali untuk saya karena pada akhirnya banya yang tertarik untuk bicara tentang gaharu.Saya bukanlah penjual bibit gaharu atau toke (juragan) gaharu. Saya juga bukan ahli di bidang gaharu. Pertanyaanya  balik lagi, "Kenapa pake id tunas gaharu, dong?!" ---------- [caption id="attachment_264255" align="alignleft" width="224" caption="Batang gaharu, diambil di Menggamat, kecamatan Kluet Tengah, Aceh Selatan"][/caption] Tsunami di penghujung tahun 2004 yang lalu menarik saya untuk mengenal dan bersahabat serta bersaudara dengan Aceh. Dalam kurun pergumulan dengan Aceh ini, saya sering "melenguh" menyaksikan kerusakan hutan di Aceh, dari Aceh Besar, Aceh Jaya hingga Aceh Selatan. Tidak pernah mencoba menyalahkan kerusakan-kerusakan tersebut ulah siapa. Yang menjadi pertanyaan saya adalah, "Saya bisa berbuat apa terhadap hal ini". Gaharu adalah pohon yang sangat kokoh, kuat dan rimbun. Nama keren gaharu adalah Agarwood, Aloewood atau Eaglewood dan merupakan salah satu tanaman/pohon yang tumbuh di daerah hutan hujan tropis. Di Indonesia, gaharu banyak tumbuh tersebar di daerah Sumatera, Kalimantan dan Irian Jaya serta beberapa daerah yang lain. Departemen Kehutanan, memasukkan gaharu dalam kategori tanaman Hutan Bukan Penghasil Kayu. Di Aceh, gaharu dikenal dengan nama bak Alin (batang/pohon Alin). Sama seperti kebanyakan daerah lainnya di Indonesia, pohon ini sudah dikenal lama tetapi banyak yang belum memahami apa dan bagaimana pengelolaan hasil gaharu. Menurut cerita dari beberapa masyarakat di Aceh, masyarakat kebanyakan memanfaatkan gaharu hanya sebagai papan mal cor saat membangun rumah,Ini artinya kayu gaharu tidak dianggap sebagai kayu berkualitas untuk dimanfaatkan sebagai material bangunan. Di sisi lain ada sering masyarakat dari luar daerah Aceh yang datang dan melakukan perburuan gaharu ini. Cukup aneh memang, satu sisi dianggap sebagai pohon/kayu berkualitas rendah, sisi lain menjadi barang perburuan. Gaharu Si Penghasil Aroma Wangi dan Harum [caption id="attachment_264310" align="alignleft" width="300" caption="penampang kayu gaharu dengan resin/getahnya"][/caption] Mungkin masih banyak yang belum familiar dan bahkan belum tahu bahwa sebenarnya gaharu ini adalah penghasil aroma wangi dan harum. Biasa digunakan sebagai bahan dasar parfum, pengharum hiasan, bahan-bahan obat herbal (aroma therapy, khususnya untuk obat asma dan hepatitis) dan juga sebagai sarana peribadatan ritual keagamaan seperti di Cina dan India (hio atau dupa). Proses pemilahan sampai hasil Gaharu [caption id="attachment_264354" align="alignleft" width="150" caption="Gambar a : proses hasil pemilahan gaharu"][/caption] [caption id="attachment_264355" align="alignleft" width="150" caption="Gambar b : proses pengecekan batang "][/caption] [caption id="attachment_264356" align="alignleft" width="150" caption="Gambar c : produk yang dihasilkan dari gaharu"][/caption] Gambar a, merupakan proses pemilahan antara Gubal (kulaitas pertama), Kemedangan (kualitas kedua) dan kerikan (kualitas terendah), sementara gambar b merupakan proses pengecekan sebelum pemanenan, proses ini untuk melihat apakah pohon gaharu sudah menghasilkan gaharu yang harum/wangi aromanya. Gambar c merupakan beberapa produk yang dihasilakan dari gaharu. Gambar a dan b diperoleh dari gambar petani gaharu di Aceh Selatan, sementara gambar c didapat dari pencarian yang dipandu oleh mister google. Tidak semua pohon gaharu bisa dipastikan menghasilkan aroma harum seperti gambar dan tulisan di atas. Pohon gaharu akan menghasilkan resin/getah  harum ini ketika pohon ini terinfeksi oleh salah satu jenis jamur. Puslitbanghut mengindentifikasikan jamur ini sebagai jamur fusarium sp. Ketika terjadi infeksi, ada proses perlawanan anti body pohon gaharu terhadup jamur yang mnginfeksinya, proses perlawanan in lah yang menyebabkan muncul resin/getah harum. Secara alami, tidak semua pohon bisa terinfeksi dengan sendirinya. Ada beberapa kisah di Vietnam dan Aceh bahwa masyarakat menemukan batang pohon gaharu yang terkena peluru (sisa masa konflik), menyebabkan pohon terinfeksi dan menghasilkan resin/getah harum. Bukan pelurunya yang menyebabkan terbentuknya resin/getah harum, namun lobang bekas peluru ini yang menyebabkan ada jamur fusarium sp memasuki batang gaharu. Bisa gitu, ya? Melestarikan dan Membudidayakan Gaharu Mengingat penghasilan dari gaharu ini sangat menggairahkan, maka tidak heran jika dalam gaharu diburu dan sekarang ini terancam punah. Masyarakat menebang gaharu dan meninggalkan begitu saja bila tidak didapati resin/getah harum. Sangat menyedihkan sekali. Kondisi ini mengundang pihak komisi CTIES (Convention on International in Trade Endangered of Wild Fauna and Flora Species) menetapkan gaharu sebagai tanaman masuk dalam Apendix II CITES (sebagai kelompok yang harus dilindungi dari kepunahan). Melihat kenyataan bahwa satu sisi gaharu mempunyai potensi yang sangat bagus dalam proses kelestarian alam/lingkungan/hutan dan juga meningkatkan pendapatan di bidang ekonomi masyarakat, maka satu-satunya jalan keluar adalah: melakukan budidaya gaharu. Puslitbanghut Bogor sudah melakukan penelitian gaharu semenjak tahun 2000 dan sudah menemukan teknik budidaya gaharu yang dipastikan bisa menghasilkan gubal gaharu yang harum dan mempunyai nilai rupiah yang sangat tinggi. Teknologi ini adalah dengan melakukan penyuntikan/inokulasi terhadap batang gaharu budidaya dengan dimasukkan jamur fusarium sp. Proses inokulasi yang emnggunakan fusarium sp (buatan) ini dipastikan tingkat keberhasilannya sebesar 80%, artinya jika kita melakukan inokulasi sebanyak 10 batang, tingkat keberhasilannya sebesar 8 batang.

Analisa singkat usaha budidaya gaharu  yang dilakukan dengan teknik budidaya dan inokukasi yang tepat : Apabila setiap pohonnya sekurangnya dihasilkan 0,6 kg gubal gaharu, 10 kg kemedangan dan 20 kg serbuk (serpih) gaharu dengan harga Rp 20 juta untuk kualitas Super, Rp 2 juta untuk kemedangan dan Rp 250 ribu untuk kualitas serbuk maka diperoleh nilai ekonomi Rp 37.000.000  per pohon berumur setelah 6-8 tahun. Ini adalah perhitungan minimal, sesuai pengalaman, 1 batang gaharu bisa menghasilkan lebih dari 2 kg gubal, 20 kg kemendangan dan 20 kg serbuk.

Kebutuhan gaharu dunia sangat besar, quota Indonesia yang 300 ton/tahun baru terpenuhi 10 %. Oleh karenanya, ini menjadikan peluang budidaya gaharu sangat prospektif, sekali dayung dua pulau terlampaui, sekali menanam pohon dua hal tercapai : konservasi dan peningkatan ekonomi. Ayo, siapa mau nanam pohon dengan gaji Rp 37 juta? Itu  untuk setiap 1 batang pohon, lho! Bagaimana jika kita menanam 10 batang atau 100 batang? Berapa hasil yang bisa didapat? Kegiatan pelestarian hutan akan semakin mengasyikan Lingkungan lestari, masyarakat sejahtera, kemiskinan bisa teratasi. Saya berharap tulisan ini bisa menjawab mengapa saya memakai id tunas gaharu. Seru, kan? Salam, Tunas Gaharu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun