Mohon tunggu...
Tulus Barker Naibaho
Tulus Barker Naibaho Mohon Tunggu... Keliling Indonesia -

Traveller. Bercita-cita menjadi penulis dan menetap di London. IG @tulus182 youtube.com/tuluss182

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menjadi Bagian dari Generasi 90-an

3 Desember 2015   20:14 Diperbarui: 3 Desember 2015   20:24 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seseorang yang berbeda generasi pernah bertanya sekali kepadaku, "Apakah masa kecil abang bahagia?"

Bingung aku menjawabnya. Sejenak aku mencoba mengumpulkan lagi memori-memori masa kecil dulu, lalu kupisahkan per kategori, dan kususun ulang berdasarkan memori yang paling berkesan. Semakin aku mencoba merefresh ingatan di kepala, semakin aku bingung untuk memilih memori mana yang agaknya bisa kuceritakan untuk menggambarkan betapa masa kecilku adalah masa-masa terindah.

Sejurus kemudian orang tersebut bertanya lagi, "Tidak ada kah cerita tentang masa kecil abang yang bisa kau bagi denganku?". 

Aku masih diam. Banyaknya arsip tentang memori masa kecil dikepalaku membuat baut-baut dikepalaku menjadi longgar sehingga aku tak tau harus berkata apa.

Lalu sesaat kemudian akupun menjawab dengan singkat, "Masa kecilku bahagia, kawan!". 

Berhasil. Aku berhasil menjawab pertanyaan pertama. Dia hanya terdiam. Sepertinya dia ingin aku segera menjawab pertanyaan kedua.

"Coba ceritakan!", ujarnya lagi.

Aku menghela nafas. Aku masih kebingungan. Lalu tiba-tiba seseorang lainnya yang tak kukenal menyelamatkanku. Dia duduk dibelakang kami. Orang yang tak kukenal tersebut menyanyikan lagu dengan suara kecil mengikuti nyanyian yang yang diputar di ponsel miliknya. 

"Masa kecilku dipenuhi dengan lagu-lagu Sheila On 7."

Berhasil lagi. Aku berhasil menjawab pertanyaan kedua. Namun sepertinya dia tidak puas dengan jawabanku. Aku sadar kalau jawaban kedua itu akan menelurkan pertanyaan ketiga. 

Aku penasaran. Kutunggu pertanyaan itu tak kurang dari sepuluh detik. Sampai pada detik kesebelas, dia tak kunjung menyerangku dengan pertanyaan ketiga. Aku sedikit kesal. Sudah kusiapkan rentetan jawaban untuk memborbardir kemungkinan pertanyaan ketiga tersebut. Aku sudah mengumpulkan memori-memori tentang masa kecilku bersama lagu-lagu Sheila On 7. Aku juga sudah siap bercerita panjang lebar tentang betapa Sheila On 7 begitu mengisi masa kecilku. MULUTKU SUDAH SIAP BERPERANG!

Namun pada detik kesebelas tadi sebenarnya aku sudah menyadari bahwa pertanyaan ketiga itu takkan datang. Aku adalah generasi 90an. Dia yang lahir di generasi milenium takkan mengerti tentang masa kecilku. 

Aku hanya tersenyum. Arsip-arsip tentang masa kecilku bersama dengan lagu-lagu Sheila On 7 yang tadinya sudah berhasil kutemukan dari sekian tumpuk arsip memori dikepalaku, kusimpan lagi dalam raknya.

Memori itu akan kuambil lagi jika seseorang lain, yang mungkin dari generasi 90an sepertiku, menyuguhkanku dengan pertanyaan ketiga. Jika pertanyaan ketiga itu disuguhkan kepadaku, maka aku akan menceritakan semuanya.

Meskipundia terhenti di pertanyaan kedua, aku tau, dan dia juga pasti tau, bahwa benar masa kecilku sangat bahagia.

Semoga dia juga tau betapa aku bangga menjadi anak yang tumbuh di era 90an. SEKIAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun