Mohon tunggu...
nicolaus prama
nicolaus prama Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Seorang laki-laki yang bertindak adanya

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Jurnalisme Online, Nasibmu Dahulu, Nasibmu Kini

12 April 2013   05:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:20 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Sejarah Jurnalisme Online

Pernahkah anda membuka detik.com, vivanews.com, kompas.com, ataupun kapanlagi.com? Untuk yang terakhir pasti anda buka untuk mencari berita – berita yang menyegarkan. Tetapi di luar portal yang terakhir, pernahkah anda membuka ketiga portal berita yang telah disebutkan tersebut? Hampir dapat dipastikan bahwa anda yang saat ini sudah “melek teknologi” cukup sering mengakses portal – portal berita tersebut. Tidak salah bahkan tidak aneh pula bila anda sering membuka portal berita tersebut. Tetapi pernahkah anda sadar dengan apa yang anda baca saat itu?

Jurnalisme Online, atau Online Jurnalism bukan salah satu ilmu baru dalam dunia Jurnalisme, Jurnalisme Online sudah dikenal cukup lama. Bahkan Jurnalisme Online mulai datang di saat teknologi internet lahir. Menilik ke belakang, sejarah Jurnalisme Online lahir karena adanya media online yang muncul di tahun 1990-an yang dipelopori oleh Chigago Online[1]. Sejak saat itu mulai bermunculan produk Jurnalisme yang dituangkan dalam media online, sehingga lahirlah istilah Jurnalisme Online. Jurnalisme Online di Indonesia sendiri menurut catatan Jakob Oetama sudah lahir di tahun 1994. Pada tahun 1994 tersebut baru ada 4 surat kabar dan majalah yang membuka homepage sendiri[2]. Pada tahun 1995 terdapat lebih dari 200 homepage milik majalah dan surat kabar.

Maka bila melihat dari sejarah yang terbangun, Jurnalisme Online sudah tidak asing lagi dalam dunia Jurnalisme. Tetapi bila melihat pada perkembangan teknologi yang terjadi saat ini bukan mengenai Jurnalisme Online yang patut diperdebatkan lebih lanjut. Tetapi pada penggunaan, konten, dan makna Jurnalisme sendiri.

Jurnalisme Online Dahulu : Sebuah Berita yang Diduplikat

Pada tahun 1990-an, berita – berita yang dihadirkan pada media – media online masih berupa berita – berita yang memang ditampilkan pada media cetak yang sedang diterbitkan. Sehingga dengan membaca berita pada media online di era itu masyarakat sama saja dengan membaca majalah atau surat kabar yang diperjualbelikan. Tidak hanya itu, di era 1990-an internet masih menjadi sarana yang belum bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat karena keterbatasan fasilitas.

Di akhir tahun 1990-an beberapa portal berita mandiri baru kemudian bermunculan satu per satu. Kemunculan itu diawali dengan kehadiran detik.com yang masih hidup hingga saat ini. Kehadiran detik.com di akhir tahun 1990-an ditanggapi dengan cepat dalam bisnis jurnalisme. Beberapa portal berita kemudian muncul satu per satu, satunet.com hingga astaga.com hadir kala itu untuk bersaing dengan detik.com. Meski datang untuk bersaing, satunet.com dan astaga.com tidak memiliki cerita yang lebih indah ketimbang detik.com.

Di tahun 1990-an tersebut dapat terbaca, bahwa kualitas berita di media online saat itu masih berjalan beriringan dengan surat kabar dan majalah yang dikonsumsi oleh masyarakat. Berita yang muncul di media online juga bukanlah yang menjadi patokan informasi dan trend saat itu. Bahkan saat itu portal berita belum memiliki inovasi dengan menggabungkan banyak media di homepagenya.

Jurnalisme Online Kini; Hidup Bebas

Di era tahun 2000-an Jurnalisme Online mulai berkembang searah dengan perkembangan teknologi. Protal – portal berita muncul satu per satu, baik yang bersifat independen maupun yang bersifat fitur. Banyak majalah dan surat kabar yang juga ikut menampilkan berita – berita yang telah mereka buat dalam media online mereka, bukan majalah ataupun surat kabar yang “dionlinekan” tetapi berita – berita yang dapat berdiri sendiri. Meski demikian, pada tahun 2000an awal hanya sedikit portal berita yang realtime. Baru pada tahun 2000 akhir, portal berita yang menghadirkan berita secara realtime hadir hingga saat ini.

Dengan hadirnya berita – berita pada portal berita online saat ini wartawan baik cetak maupun penyiaran tidak pernah kehabisan bahan dan sumber informasi. Bahkan seringkali pula berita – berita yang muncul di media online menjadi trend yang sengaja diblow u, ataupun dibuat follow upnya. Didukung dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, sulit dipungkiri bahwa masyarakat sulit untuk mendapat informasi.

Namun bukan itu yang menjadi perhatian, bukan teknologi, fitur, atau bahkan inovasi yang diciptakan perusahaan – perusahaan media online tertentu. Tetapi pada konten dan berita yang ditampilkan. Berikut beberapa judul berita online yang sempat saya rangkum melalui judulnya. :

Vivanews.com menulis :

“TERPOPULER SHOWBIZ - Nikita-Depe Berseteru Gara-gara Kentut? tinyurl.com/bu4nzcd” judul berita diambil melalui akun @vivanews pada tanggal 12 April 2013.

Detik.com menulis :

“Pulang Ngojek, Sanusi Tewas Dilindas Truk Kontainer de.tk/Lbxza “ berita diambil melalui akun @detikcom pada tanggal 11 April 2013.

Dari kedua judul tersebut, apakah yang perlu dibahas? Cukup banyak yang bisa dibahas dari kedua judul tersebut. Memang pada Jurnalisme Online kecepatan adalah hal utama sehingga banyak faktor diabaikan, tetapi apakah benar – benar mengabaikan banyak hal?

Pada judul pertama oleh vivanews.com, kehadiran infotaiment menjadi daya juat tersendiri. Meski infotaiment saat ini masih menjadi perdebatkan masuk ke dalam ranah jurnalisme atau tidak, namun banyak media yang menjadikan berita – berita infotaiment menjadi daya tarik dan komoditi utama yang dijual oleh media. Dari judul “Nikita-Depe Berseteru Gara-gara Kentut?”, perlukah kata “kentut” menjadi judul yang dibaca oleh banyak orang? Penulisan judul tersebut seakan menggambarkan bahwa siapapun dapat menulis berita.

Pada judul kedua adalah hal yang patut kita kritisi secara bersama. Dalam kode etik jurnalistik oleh PWI pada butir (4) menyebutkan “Wartawan Indonesia tidak menyiarkan informasi yang bersifat dusta, fitnah, sadis dan cabul serta tidak menyebutkan identitas korban kejahatan susila.”[3]. Apakah dengan menyebutkan nama korban dan penyebab kematiannya menjadi etika yang harus dijunjung oleh wartawan? Perlu menjadi perhatian bersama antara pekerja media dengan masyarakat agar mampu memberikan informasi dengan etika yang baik dan benar. Menurut Oreskes, teknologi bukanlah segala – galanya. Yang penting adalah orang di belakang kemudi. Itulah yang menjadi persoalan[4]. Hal ini menunjukkan bahwa penulis belum matang pada ilmu jurnalistiknya. Hal inilah yang mencoreng nilai Jurnalisme yang dijunjung tinggi. Profesi wartawan seakan menjadi “murah” harganya bila hanya mampu menulis berita dengan judul tersebut. Jurnalisme harus dikawal dengan baik oleh berbagai pihak.

Apalagi bila dibanding dengan jenis jurnalisme lainnya, Jurnalisme Online adalah satu – satunya produk jurnalistik yang mampu melanggar hukum “feedback yang tertunda”. Karena dengan kehadiran teknologi saat ini, berita – berita online dapat dengan cepat memiliki feedback oleh pembaca dan media online tersebut. Dari feedback tersebut dapat berakibat pada banyak hal, mulai dari pembentukan opini masyarakat hingga kehadiran isu. Ada 2 kasus besar yang dapat menjadi contoh efek dari berita, yaitu keruntuhan Presiden Mesir dan Libya yang dipaksa turun oleh rakyatnya.

Pada kasus Mesir, masyarakatnya terinspirasi karena pemberitaan kerusuhan Libya secara besar – besaran. Dalam konteks nasional, ada akun @triomacan2000 yang menimbulkan banyak spekulasi di masyarkat. Jadi sekali lagi, apakah dengan kehadiran Jurnalisme Online saat ini akan merusak nilai dari Jurnalisme. Semoga kehadiran Jurnalisme Online saat ini tidak dipersalahkan dan bernasib buruk.

[1] Modul Kuliah “Perkembangan Media Online” oleh Yohanes Widodo, S. Sos, M. Sc.

[2] Oetama, Jakob, 2001 : 112

[3] Modul “Kode Etik Jurnalistik” oleh Astrid Prihatini WD, disampaikan dalam mata kuliah Jurnalisme Online oleh Yohanes Widodo, S.Sos,. M. Sc.

[4] Luwi Ishwara, 2005: 50

Daftar Refrensi

Ishwara, Luwi. 2005. Catatan – Catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta. Penerbit Buku Kompas

Oetama, Jakob. 2001. Pers Indonesia : Berkomunikasi dalam Masyarkat Tidak Tulus. Jakarta. Penerbit Buku Kompas

Modul “Kode Etik Jurnalistik” oleh Astrid Prihatini WD, disampaikan dalam mata kuliah Jurnalisme Online oleh Yohanes Widodo, S.Sos,. M. Sc.

Modul Kuliah “Perkembangan Media Online” oleh Yohanes Widodo, S. Sos, M. Sc.

Berita dari @VIVAnews diambil pada 12 April 2013 pada pukul 01.00

Berita dari @detikcom diambil pada 12 April 2013 pada pukul 01.00

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun