Mohon tunggu...
Duwi Satriyoaji
Duwi Satriyoaji Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hai, aku Aji seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi dari Universitas Ahmad Dahlan

Hanya sekedar memenuhi hasrat untuk corat-coret.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Remaja dan Kebiasaannya dalam Berpikir

18 Januari 2022   13:49 Diperbarui: 18 Januari 2022   13:59 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam suatu pemikiran, remaja merupakan generasi yang diharapkan mampu melanjutkan jejak generasi sebelumnya, karena remaja ialah suatu proses pertumbuhan seorang anak dalam beranjak dewasa. Sebelum beranjak dewasa, remaja sering mempresentasikan dirinya dengan lingkungan sekitar, oleh karenanya perubahan perilaku, kebiasaan, dan pola pikirnya dipengaruhi oleh cara mereka melihat lingkungan. 

Dengan adanya proses tersebut, para remaja seharusnya dapat mempresentasikan hal baik kepada dirinya, namun pada kenyataannya banyak remaja yang justru meniru perilaku liar dan ada pula yang melakukan tindak kejahatan. Oleh karena itu, seorang remaja perlu didik dengan benar agar mereka mampu untuk membentuk akal sehat mereka dengan baik.

Selama proses pertumbuhan dari masa remaja ke dewasa, remaja tidak hanya menghadapi proses dalam pembentukan diri, tetapi juga mengalami masalah dalam perubahan mental mereka. Proses yang dilakukan remaja dalam merefleksikan dirinya dengan orang lain merupakan sebuah faktor utama dalam hal ini. Seseorang tidak seharusnya menyamakan dirinya dengan orang lain, hal inilah yang kemudian menjadi faktor utama yang menyebabkan masalah dalam mental remaja. 

Hal yang sering dilakukan seorang remaja seperti membandingkan keadaan fisik dengan orang lain, keuangannya, kemampuan, dan lain sebagainya. Ketika seorang remaja membandingkan dirinya dengan orang lain, maka hal tersebut menimbulkan tekanan dalam pola pikir yang kemudian membentuk perilaku yang tidak wajar seperti kasusnya seorang remaja merasa gengsi karena tidak memiliki sebuah laptop akhirnya remaja tersebut nekat mencoba untuk mencuri sebuah laptop di ruang guru sekolahnya. 

Dari kasus tersebut menjadi sebuah gambaran dari tindakan yang diambil oleh remaja tersebut terjadi karena gengsi tidak memiliki laptop seperti teman-temannya kemudian hal itu didukung karena masalah keuangan yang akhirnya membuat seorang remaja tidak dapat berpikir secara jernih dikarenakan rasa tertekan tersebut, sehingga membuatnya mengambil keputusan yang salah. Inilah mengapa sangat penting untuk memberikan bimbingan terhadap para remaja terkait masalah-masalah yang dapat ditimbulkan oleh para remaja yang dikhawatirkan dapat menjadi sebuah kebiasaan.

Media sosial turut andil dalam pembentukan perilaku remaja, tidak adanya batasan dalam usia serta kemudahan dalam mengakses sebuah informasi, menjadi faktor utama yang membentuk perilaku remaja. Dalam proses menuju dewasa, remaja memiliki sikap keingintahuan yang tinggi mengenai banyak hal, sehingga dalam melakukan sesuatu remaja banyak meniru melalui media sosial mulai dari tindakan kekerasan, merokok, minum-minum beralkohol, membully, menipu, dan lain sebagainya. 

Media sosial memang merupakan kemajuan teknologi yang sangat efektif untuk menyebarkan informasi terkini dikarenakan adanya internet sebagai jaringannya sehingga media sosial seringkali dianggap sebagai kemajuan dunia komunikasi. Namun, hal positif bisa menjadi sebuah hal negatif tergantung dari bagaimana seseorang mampu menggunakannya. 

Sedangkan untuk remaja, tidak semua remaja memiliki kebijaksanaan dan kematangan dalam berperilaku, mereka bertindak berdasarkan suasana hati mereka, dalam suatu kasus para remaja melakukan hal buruk di media sosial seperti berkata kasar, menghina orang lain, maupun mengganggu akun media sosial orang lain, tentu hal itu bukanlah tindakan yang bijaksana mengingat hal itu merupakan tindakan yang baik untuk dilakukan kepada seseorang yang mungkin tidak ia kenal. 

Jika mereka terinspirasi dengan hal buruk mereka terkadang mengimplementasikannya di dunia nyata pembullyan juga terjadi karena mereka merasa tidak perlu untuk menghargai orang lain. Meskipun begitu perkembangan teknologi sudah sangat pesat, bahkan sudah tidak dapat terhindarkan lagi, terlebih lagi sejak pandemi covid-19 seluruh kalangan usia harus beradaptasi untuk melakukan kegiatan secara daring. 

 Jika membawa masalah remaja tidak habis sampai di situ, perkelahian, tawuran, pembullyan, dan lain-lain merupakan kejahatan yang pernah dilakukan remaja. Tentunya hal tersebut tidak menggambarkan bahwa seorang remaja ialah penerus bangsa. Oleh karena itu, sangat penting bagi orang dewasa mengawasi serta mendidik perilaku remaja dengan bimbingan maupun pembelajaran yang mampu mengasah serta mengubah pola pikir mereka yang sesuai dengan akal sehat, agar dapat membentuk sumber daya yang baik untuk kemajuan bangsa dan negara.

Nama saya Duwi Satriyoaji seorang mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan, sekian dari tulisan saya, kurang lebihnya mohon maaf, semoga bermanfaat. Terimakasih

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun