Dalam sejarah, hoaks dan ujaran kebencian banyak mendatangkan masalah dibanding kesukacitaan. Masalah itu tidak saja berupa keresahan dan rasa tak nyaman, tetapi juga perang. Perang dunia , perang Teluk dan perang Irak disebabkan oleh beredarnya hoaks yang tak terkendali dan mempengaruhi pemerintahan. Tak itu saja hoaks juga menjadi penyebab dari perang AS kepada Spanyol.
Pada akhir abad 19, tepatnya pada 1889, pengusaha suratkabar Morning Journal yaitu William Hearts membuat kabar bohong melalui koran miliknya. Kabar bohong itu adalah berita bahwa serdadu Spanyol yang menenlanjangi perempuan AS. Berita itu menghimpun opini public dan mempengaruhi pemerintah AS waktu itu, untuk mengobarkan perang terhadap Spanyol.
Hoaks juga menjadi pemicu Perang Dunia II. Waktu itu Adolf Hitler mengabarkan kepada parlemen Jerman, bahwa milter Polandia menembaki tentara Jerman. Ternyata di kemudian hari diketahui bahwa tentara Jermanlah yang membunuh pasukan perbatasan Polandia. Â Hitler berbohong. Tapi PD II yang dahsyat itu berlangsung dan merusak peradaban banyak Negara. Â
Begitu juga perang Vietnam. AS menggempur negara itu tanpa ampun pada tahun 1964, dan menjadi  perang yang tidak terlupakan bagi banyak serdadu AS dan masyarat vietnam. Pada tahun 1995, mantan Menhan AS Robert McNamara mengungkap bahwa mengakui penyebab perang itu (kapal perang USS Maddox ditembaki kapal Vietnam Utara) adalah berita palsu.
Beberapa perang yang dilakukan AS kebanyakan adalah berawal dari kabar bohong yang seakan-akan terjadi, menggiring opini dan pada akhirnya kongres memutuskan menyerang negara itu. Terakhir kabar hoaks yang dipercaya tapi terbukti bohong adalah invasi Amerika Serikat terhadap Iraq. Hoaks itu mengabarkan bahwa Saddam Hussein tengah membangun senjata biologi dan kimia yang dapat membahayakan dunia. Tapi ternyata kabar itu tidak benar. Tapi perang Iraq dan dampak permusuhan AS terhadap negara itu, sampai sekarang masih nampak.
Atas dasar semua sejarah yang melibatkan hoaks dan ujaran kebencian, memang terbukti akan membawa rasa marah dan gelisah dan pada akhirnya memicu konflik dan perpecahan. Pada contoh di atas hoaks masih dilakukan pada media konvensional, yaitu surat kabar dan opini public yang dibangun.
Kini hoaks mengalir masuk pada kehidupan kita melalui media social yang punya sifat borderless. Tanpa batas , bersifat silent dan amat berbahaya. Hoaks dan ujaran kebencian masa kini terutama dalam bentuk provokasi, hasutan, dan hinaan. Ini menjadi pemicu perpecahan bangsa.
Mungkin saatnya kita belajar dari sejarah, bahwa hoaks dan ujaran kebencian itu selalu membawa hal negative, perusak dan menyengsarakan. Ada baiknya kita hentikan hoaks dan ujaran-ujaran kebencian itu. Demi keutuhan dan kemajuan bangsa.