Mohon tunggu...
Gian Darma
Gian Darma Mohon Tunggu... Wiraswasta - wiraswasta

seorang yang suka seni dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Politisasi Agama, "No!"

13 April 2018   15:34 Diperbarui: 13 April 2018   15:43 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Idealnya setiap agama selalu menjanjikan ketenangan, kedamaian, kearifan, dan keselamatan bagi umatnya. Semua itu terjadi jika agama diberi peran efektif untuk memberikan pencerahan pada umatnya, nah, mengukur efektifitas agama ini tentu dengan melihat pemeluknya. Semakin dekat antara agama dan pemeluknya, maka pencerahan akan terjadi, dan sebaliknya.

Di sisi lain, Indonesia yang notabene masyarakatnya banyak yang menganut agama Islam, mempunyai kans lebih besar untuk mengukur tercerahkan atau tidaknya para pengikutnya.  Di tahun politik ini, umat Islam banyak yang menjadi atau mengusung partai politik. Namun karena Indonesia menganut sistem demokrasi, maka setiap lapisan masyarakat yang berbeda agama, suku dan bahasa, berhak untuk mencalonkan dan dicalonkan dalam pemilihan kepala suatu lembaga.  Nah, di sinilah peristiwa mengukur itu sangat mungkin dilakukan.

Agama dan politik tidak dapat dipisahkan, sebab politik merupakan bagian dari ajaran agama, termasuk Islam. Namun demikian agama Islam tidak membenarkan adanya politisasi agama. Misalnya memanfaatkan simbol agama dalam berpolitik, merupakan hal terlarang. Apalagi tujuan dan aktivitas berpolitik tertentu tidak terkait sama sekali dengan tuntunan politik agama.

Dalam berpolitik, ajaran agama juga menjadi pijakan utama. Ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Aspek politik dalam Islam berlandaskan pada ajaran as-Sunnah dan al- Qur'an. 

Tentu kita ingin semua proses politik berlangsung fair, bersih, jujur, dan adil sehingga menghasilkan kepemimpinan dan kebijakan yang benar-benar mampu memajukan negara, memakmurkan bangsa, dan menyejahterakan rakyat. 

Maka penting untuk kita pahami dan hayati bahwa proses politik adalah bagian dari cara kita mengelola negara demi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

Kita memilih sistem demokrasi untuk melancarkan sirkulasi kepemimpinan dan kebijakan sebagai bagian dari proses politik. Demokrasi sebagai sistem tidaklah sempurna, hanya saja kita melihatnya sejauh ini sedikit lebih baik dari sistem-sistem lain yang pernah ada dan dipraktikkan bangsa-bangsa di dunia, dan lebih memungkinkan bagi tercapainya tujuan-tujuan bernegara.

Di antara persoalan terkait demokrasi politik yang kerap muncul ke permukaan adalah kompatibilitasnya dengan agama. Ada sebagian yang berpendapat demokrasi tak sejalan dengan agama, karena itu agama dan politik tak bisa dicampuradukkan, harus dipisahkan. 

Pendapat lain menyatakan agama dan politik harus berjalan seiring, tak boleh dipisahkan. Apapun pendapat Anda, selayaknya politisasi tidak terjadi pada agama apapun yang ada di Indonesia. Caranya, berpolitik dengan mengedepankan nilai agama dan bangsa yang memanusiakan manusia, bukan menghancurkan nilai-nilai ini apapun alasannya.@

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun