Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Kompasianer

Pengamat, Pemikir, Penulis

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Kenapa HRD dan User Sering Bentrok? Ini Akar Masalahnya

14 Juni 2025   09:53 Diperbarui: 18 Juni 2025   13:03 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi- Debat saat meeting. (Freepik)

Di ruang-ruang rapat banyak perusahaan, satu isu klasik tak pernah benar-benar tuntas: gesekan antara HRD dan user. Kadang halus, kadang meledak. Mulai dari rekrutmen yang dinilai lambat, promosi yang tak disepakati, sampai penilaian kinerja yang saling bertolak belakang.

Padahal, keduanya mengklaim bekerja demi kepentingan perusahaan. HRD menyusun sistem, kebijakan, dan regulasi yang objektif dan adil. User beralasan mereka yang paling tahu kondisi riil di lapangan. Tapi justru di sanalah benih konflik tumbuh: dua kebenaran yang tidak disatukan dalam visi bersama.

Pertanyaannya: apa sebenarnya akar benturan ini, dan bagaimana seharusnya ia diatasi?

Di Balik "Bentrok" yang Nyata: Sebuah Ketidaksinambungan Peran

Mari kita mulai dari dasar. Dalam idealnya, HRD adalah arsitek sistem manusia, pembentuk kerangka organisasi, penjamin objektivitas, dan pengawal nilai-nilai perusahaan. Di sisi lain, user---yakni manajer atau kepala divisi---adalah pelaksana harian, pemimpin langsung yang tahu pasti siapa yang kerja, siapa yang tidak, siapa yang butuh bantuan, siapa yang layak naik.

Namun dalam praktiknya, dua peran ini sering tidak berjalan beriringan. User menganggap HRD terlalu prosedural, kurang responsif, bahkan tidak mengerti tekanan di lapangan. Sebaliknya, HRD memandang user tidak disiplin, terlalu pragmatis, dan kadang subjektif.

Situasi ini sering kali bukan soal pribadi atau ego, melainkan karena sistem organisasi yang tidak menjembatani dua perspektif ini secara utuh.

Ketidakjelasan Sistem: Dari Prosedur hingga Harapan

Banyak konflik HRD vs user sebenarnya lahir dari ketidakjelasan sistem dan ekspektasi. Misalnya:

Job description dan job specification tidak disusun bersama, sehingga HRD tidak tahu kebutuhan spesifik user, dan user merasa HRD "asal pilih orang".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun