Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

"The Arduous March" Kembali Melanda, Kim Jong Un Bakal Sanksi Warga yang Buang Makanan

12 November 2020   13:41 Diperbarui: 12 November 2020   14:13 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemimpin Tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un mengunjungi area yang terdampak Topan Maysak di Provinsi Hamgyong Selatan, Sabtu (5/9/2020) | AFP/ KCNA via KOMPAS.com

Langkah pemerintah Indonesia untuk mengembangkan lumbung pangan baru nasional (food estate) di luar Pulau Jawa, yakni di Kalimantan Tengah dan Sumatera Utara, kiranya sebuah terobosan yang sangat tepat dalam mengantisipasi krisis pangan di masa mendatang.

Seperti diketahui, lewat kolaborasi antara Kementerian Pertanian dan Kementerian Pertahanan, Indonesia diharapkan mampu berswasembada pangan, terlepas karena desakan pandemi Covid-19 atau tidak. Sekian triliun rupiah dana telah dianggarkan dan pengerjaan proyek ditarget rampung pada 2022.

Pengembangan food estate harus direalisasikan sungguh-sungguh. Sebab jika tidak, bukan mustahil Indonesia akan mengalami nasib buruk, seperti yang sedang dirasakan oleh Korea Utara saat ini.

Ya, negeri di bawah kepemimpinan Kim Jong Un tersebut tengah merasakan kelaparan yang cukup dahsyat. Kejadiannya persis dengan "The Arduous March" pada tahun 90-an silam.

Sekitar 1994 hingga 1998, Korea Utara dilanda krisis ekonomi parah (salah urus), terjadi gagal panen luar biasa akibat bencana alam (banjir dan kekeringan, di samping memang lahan subur di sana cuma 20 persen dari total seluruh wilayah), serta runtuhnya kekuatan Blok Uni Soviet.

Sila cari di berbagai sumber perihal "Maret yang Sulit" itu (atau klik ini). Yang jelas, dampaknya telah menewaskan banyak warga, di mana diperkirakan mencapai 3,5 juta orang.

Apakah setelah tahun 90-an Korea Utara sudah terbebas dari derita kelaparan? Tidak. Masih diderita sampai sekarang. Dan agaknya, "salah urus" ekonomi, lagi-lagi menjadi faktor penyebab utama. Ditambah pula pandemi Covid-19 yang memperparah keadaan.

Dan sebenarnya, sebelum masa pandemi Covid-19 pun, yakni pada 2018, "The Arduous March" jilid 2 mulai mengemuka. Dilaporkan NK via Fox News (sila klik), penggeledahan bahan makanan oleh tentara di setiap rumah warga berlangsung di Korea Utara.

Mengapa demikian? Karena memang di kala musim kelaparan, kelompok yang diprioritaskan mendapat bahan makanan di Korea Utara adalah militer, wanita, dan anak-anak. Untuk kelompok lain, nomor ke sekian. 

Kelompok militer wajib diberi makanan dan energi yang cukup agar selalu siap menghadapi peperangan melawan musuh negara, contohnya Amerika Serikat. Prinsipnya, "songun" (tentara didahulukan).

Persoalan salah urus ekonomi belum hilang, berbagai sanksi internasional bermunculan (konflik politik dengan negara lain), dan pandemi Covid-19 semakin mengisolasi Korea Utara. Agaknya "The Arduous March" jilid 2 sudah di depan mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun