Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pak Anies, Warga Tidak Butuh Kota Cantik dan Instagramable

18 Desember 2019   20:40 Diperbarui: 18 Desember 2019   20:42 1516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anies Baswedan di tengah banjir saat kampanye Pilkada 2017 di daerah Cipinang, Jakarta, Senin (20/2/2017) | Gambar: ngelmu.id

Entah sudah berapa kali kota Jakarta diguyur hujan sepanjang tahun ini. Yang jelas tiap kali terjadi, pasti menimbulkan genangan air dan bahkan banjir, baik di ruas-ruas jalan, pusat bisnis, maupun di wilayah permukiman penduduk.

Tidak ada cara ampuh untuk menahan air yang jatuh dari langit. Itu dikendalikan oleh alam. Yang bisa dilakukan manusia yaitu membiarkan air itu jatuh meresap ke dalam tanah, mengalir menuju muara, atau pun ditampung untuk kebutuhan tertentu.

Intinya, manusia hanya bisa mengendalikan air yang sudah jatuh dan mengalir agar tidak menimbulkan bencana, tak terkecuali oleh pemerintah dan warga ibu kota. Menghindari terjadinya pembuangan sampah di sembarang tempat merupakan salah satu cara untuk menghindari bencana itu.

Supaya sampah tidak dibuang sembarangan, setiap warga harus diberi edukasi dan himbauan sehingga sadar akan bahaya. Tidak berhenti di situ, pemerintah selaku pengelola wilayah pun mesti pro aktif mencegah terjadinya banjir, misalnya memperbaiki saluran-saluran air, memperbanyak sumur resapan, dan sebagainya.

Apakah selama ini Pemprov DKI Jakarta sudah melakukan sekian upaya tadi? Jawabannya, tentu sudah. Namun yang paling penting sebenarnya adalah seberapa konsisten atau sering melakukannya. Alam tidak akan menunggu apakah manusia sudah siap mengantisipasi munculnya air dalam volume tak menentu atau tidak.

Sudah konsistenkah Pemprov DKI Jakarta menangani luapan air dan banjir? Pasti sebagian pihak mengatakan sudah dan sebagian lagi tidak. Akan tetapi faktanya banjir selalu muncul. Padahal kalau dilihat kembali tiga tahun terakhir, frekuensi terjadinya banjir tidak sesering di dua tahun belakangan ini.

Jika dipahami betul, salah satu masalah terbesar ibu kota yakni banjir. Lalu mengapa sekarang ini sungai-sungai dan waduk tidak dibersihkan dari sampah yang menumpuk? Mengapa normalisasi sungai tidak diintensifkan?

Mengapa anggaran untuk membebaskan lahan di pinggiran sungai malah dipotong dan dialihkan ke hal-hal yang tidak mendesak? Mengapa lomba balapan mobil listrik justru diprioritaskan sementara anggaran untuk menangani banjir tidak dialokasikan maksimal? Bukankah saat ini lagi musim penghujan?

Selanjutnya, mengapa Pemprov DKI Jakarta cuma sibuk mempercantik kota, membongkar jembatan penyebrangan orang (JPO) demi lokasi berfoto, memperlebar trotoar agar nyaman dilalui pejalan kaki (meskipun akhirnya mempersempit jalur kendaraan bermotor), dan sebagainya?

Betul, kota Jakarta perlu diperindah supaya nyaman dilihat, tetapi bukan itu kebutuhan utama warga. Yang dibutuhkan warga itu adalah kenyamanan beraktivitas, baik di kala musim kemarau maupun hujan. Sadarkah Pemprov DKI Jakarta, bahwa dengan sering terjadinya banjir membuat beragam fasilitas "sekunder" menjadi tidak berguna?

Sila disaksikan saja saat terjadi banjir kemarin (Selasa, 17/12/2019), warga akhirnya tidak bisa menjalankan aktivitasnya secara normal, tidak bisa melewati trotoar (karena genangan air yang tinggi), kendaraan bermotor macet di jalan (selain banjir, jalanan juga sempit), para pemburu foto kesulitan mengambil gambar di JPO instagramable, banyak kendaraan yang rusak bahkan terbawa aliran air, dan lain-lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun