Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Demi Lomba Balap Sehari, Dana Rehabilitasi Sekolah Tega "Disunat" Ratusan Miliar Rupiah

13 November 2019   09:23 Diperbarui: 13 November 2019   09:24 3998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan jajal mobil listrik di kawasan Monas, Jakarta Pusat | Gambar: tribunnews.com

Tentu sebagian publik sudah tahu bahwa sekitar enam bulan lagi akan ada kegiatan Formula E di Jakarta. Perhelatan di bawah naungan Federation International Automobile (FIA) di New York, Amerika Serikat tersebut rencananya akan dilangsungkan pada Sabtu, 6 Juni 2020.

Formula E merupakan ajang balap mobil listrik yang umumnya menggunakan jalan raya perkotaan sebagai arena lintasan. Ajang yang diprakarsai oleh Presiden FIA Jean Todt dan pengusaha asal Spanyol Alejandro Agag dimulai sejak 2014 silam dan hingga kini sudah berlangsung selama lima musim dengan 10 seri.

Artinya, Jakarta bakal jadi lokasi untuk musim ke-6 dan seri ke-11. Di atas tadi disebut arena lintasan biasanya jalan raya perkotaan, namun karena tidak memungkinkan, akhirnya diputuskan dilaksanakan di kawasan Monas. Sementara detail track tengah dibuat untuk diumumkan kemudian.

Menurut Anies, tujuan dari pelaksanaan Formula E setidaknya ada tiga, antara lain kampanye lingkungan hidup (mendorong masyarakat menggunakan kendaraan listrik), menggerakkan sektor ekonomi (diharapkan mencapai Rp 1,2 triliun), dan promosi destinasi wisata Jakarta.

Pihak yang ditunjuk oleh Pemprov DKI Jakarta sebagai penyelenggara lomba yakni PT Jakarta Propertindo (Jakpro) berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 83 Tahun 2019. Total anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp 1,16 triliun, yang sebagian besar bersumber dari APBD 2020.

Namun, meskipun pergerakan ekonomi diharapkan senilai Rp 1,2 triliun, Jakpro memastikan pendapatan langsung dari lomba tidak sebesar itu. Bahkan jauh di bawah, hanya sekitar Rp 50 miliar. Pendapatan direncanakan berasal dari penjualan tiket, sponsor, local hospitality, dan sebagainya. 

"(Rp 50 miliar) itu kan yang direct. Jadi itu belum dihitung dengan skala makro. Kalau kami hitung berapa hotel di sini, berapa mereka akan mendapat keuntungan," kata Corporate Secretary Jakpro, Hani Sumarno.

Lomba cuma berlangsung sehari, persiapan berbulan-bulan, dana yang habis Rp 1,16 triliun, serta pendapatan langsung tidak lebih dari Rp 50 miliar. Sebandingkah dengan manfaat yang akan diperoleh? Apakah dengan waktu sehari, tiga tujuan diadakannya Formula E bakal terasa dan berhasil?

Tampaknya "lebih besar pasak daripada tiang". Tapi baiklah, seperti yang dikatakan Anies bahwa kegiatan serupa tidak hanya diselenggarakan sekali saja, namun akan digelar lima kali berturut-turut (dari 2020 sampai 2024) dengan alasan agar infrastruktur yang dibangun bermanfaat maksimal.

Pertanyaannya, sebegitu yakinkah Pemprov DKI Jakarta bahwa pasti dipercaya oleh FIA menjadi tuan rumah selama berkali-kali? Bukankah akan ada evaluasi ketat sebelum FIA memutuskan setuju atau tidak? Apakah Anies masih jadi gubernur sampai 2024 atau digantikan oleh orang lain?

Lalu bagaimana jika harapan yang diimpikan (tujuan) dari Formula seri ke-11 ini ternyata tidak memuaskan hati dan meningkatkan kualitas hidup warga ibu kota, apakah masih akan terus dilaksanakan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun