Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mengenal Dokter Terawan, Perwira Tinggi Militer Kedua yang Jadi Menkes

28 Oktober 2019   16:37 Diperbarui: 28 Oktober 2019   16:54 3964
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Letnan Jenderal TNI (Purn) Dr. dr. Terawan Agus Putranto saat acara perpisahan dengan jajarannya di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta | Gambar: hariansib.com

Anggota kabinet periode 2019-2024 (34 menteri, 12 wakil menteri, dan 4 pejabat setingkat) sudah mulai menjalankan tugas masing-masing untuk membantu Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin merealisasikan visi, misi dan program kerja pemerintah.

Salah satu anggota kabinet tersebut adalah dokter Terawan Agus Putranto yang menjabat sebagai menteri kesehatan. Sebelumnya dia adalah Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, yang menjabat sejak 1 Juni 2015 sampai dengan 23 Oktober 2019.

Selama menjabat ke depan, dokter Terawan diberi sejumlah tugas oleh Presiden Jokowi, yaitu mulai dari mengurus masalah stunting hingga tata kelola Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan).

"Urusan stunting, industri kesehatan, layanan kesehatan dasar, tata kelola BPJS berada di wilayah beliau," kata Presiden Jokowi saat memperkenalkan para calon menteri.

Tanpa bermaksud mengesampingkan tugas-tugas lainnya, di awal masa jabatan, dokter Terawan mengaku akan fokus terlebih dahulu mengurus masalah stunting, di mana penanganannya tidak boleh sembarangan.

"Harus dicek, karena setiap daerah mempunyai keunikan untuk mengatasi. Jadi fokus, karena itu kan yang mewujudkan SDM, masa sumber daya manusia dengan kondisi stunting, ya tidak mungkin," tutur dokter Terawan.

Sebagai orang yang berpendidikan tinggi dan berpengalaman mumpuni di bidang kesehatan, tentu dokter Terawan diharapkan mampu menjalankan tugas dan amanah yang diberikan kepadanya dengan penuh tanggung jawab.

Sesuai judul artikel, ada baiknya publik mengetahui lebih dalam sosok dokter Terawan ini. Di samping rekam jejak karirnya di RSPAD, publik perlu tahu juga dari mana dia berasal, perjalanan pendidikan dan pengalamannya, kepribadian khasnya, dan berbagai fakta menarik lain tentangnya.

Pria yang merupakan suami dari Ester Dahlia dan ayah dari Abraham Apriliawan ini lahir di Sitisewu, Yogyakarta pada 5 Agustus 1964, yang artinya sekarang sudah berusia 55 tahun. Dia menamatkan pendidikan di SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta (1977), SMP Negeri 2 Yogyakarta (1980) dan SMA Bokpri 1 Yogyakarta (1983).

Karena sejak kecil bercita-cita ingin jadi seorang dokter, akhirnya Terawan melanjutkan pendidikan S-1 di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan lulus pada 1990.

Setelah menyelesaikan pendidikan dokter, Terawan memutuskan untuk mengabdikan dirinya di instansi militer Angkatan Darat. Dia kemudian ditugaskan ke beberapa daerah, di antaranya Bali, Lombok, dan Jakarta. 

Terawan selanjutnya meneruskan pendidikan untuk program magister (S-2) di University of Michigan, Amerika Serikat dan lulus pada 1995. Tidak hanya itu, untuk memperdalam lagi ilmu kedokterannya, dia kembali mengambil S-2 di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya memperdalam ilmu radiologi dan lulus pada 2004.

Seolah haus akan ilmu, Terawan lagi-lagi untuk menunjang pelayanan dan menambah pengetahuannya, dia menempuh program doktor (S-3) di Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar dan lulus pada 2013. 

Berbekal pengalaman dan ilmu yang cukup, akhirnya Terawan pun diberi kepercayaan oleh pihak TNI Angkatan Darat untuk memimpin RSPAD pada 2015. 

Syarat bagi Terawan sudah terpenuhi, di mana dua tahun sebelumnya (tepatnya pada 26 Agustus 2013), dia resmi menyandang pangkat Brigadir Jenderal (Brigjen) atau Jenderal bintang satu. Kenaikan pangkat berikutnya diperoleh pada 8 September 2016, yakni Mayor Jenderal (Mayjen) atau Jenderal bintang dua.

Dan lima hari sebelum dilantik sebagai menteri kesehatan, tepatnya pada 17 Oktober 2019, Terawan diberikan kenaikan pangkat luar biasa menjadi Letnan Jenderal (Letjen) atau Jenderal bintang tiga oleh Presiden Jokowi. Kenaikan pangkatnya tertuang dalam surat Keputusan Presiden dengan nomor 87/TNI/Tahun 2019.

Itulah rekam jejak pendidikan dan karir militer Terawan yang melesat begitu cepat. Kini dia berstatus purnawirawan atau pensiunan perwira tinggi TNI Angkatan Darat.

Di samping pangkat tinggi, Terawan juga pernah menerima beberapa penghargaan dari negara atas jasa-jasanya, antara lain Bintang Mahaputra Nararya, Bintang Yudha Dharma Pratama, Bintang Kartika Eka Paksi Pratama, Bintang Yudha Dharma Nararya, Bintang Kartika Eka Paksi Nararya, dan sebagainya.

Adakah fakta menarik lain dari seorang Terawan? Tentu ada. Dia sampai sekarang menjabat sebagai Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Indonesia, Ketua ASEAN Association of Radiology, dan Ketua World International Committee of Military Medicine (Ketua dokter militer dunia).

Penemu "Terawan Theory" tentang metode 'cuci otak' (brain washing) untuk pengobatan penyakit stroke itu ternyata menteri kesehatan kedua berlatar belakang militer yang dimiliki Indonesia. 

Tulisan ini tidak mengulas lebih lanjut bagaimana metode yang diterapkan Terawan ditanggapi "pro dan kontra" oleh publik, dan mengapa pengurus Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pernah memecatnya sementara dari organisasi tersebut.

Yang jelas, mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD) Jenderal TNI (Purn) Mulyono sempat membela Terawan, karena memang selama ini metode yang terbilang langka di dunia itu selalu berhasil dilakukan.

Ada beberapa mantan pasien Terawan yang nyata-nyata sembuh, misalnya saja politisi senior Partai Golkar Aburizal Bakrie dan Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono.

Kembali lagi, Terawan adalah menteri kesehatan kedua berlatar belakang militer, selain dia juga menteri kesehatan berjenis kelamin laki-laki setelah empat periode pergantian jabatan sebelumnya (yaitu Siti Fadilah Supari, Endang Rahayu Sedyaningsih, Nafsiah Mboi, dan Nila Djuwita Anfasa Moeloek).

Lalu siapakah menteri kesehatan pertama berlatar belakang militer? Dia adalah Mayjen TNI (Purn.) Prof. Dr. Satrio yang menjabat pada 10 Juli 1959 sampai dengan 25 Juli 1966, zaman Presiden Soekarno.

Nama Satrio saat ini diabadikan sebagai nama jalan penghubung antara kawasan Jalan Jenderal Sudirman (Sudirman) dan Jalan HR Rasuna Said (Kuningan) di Jakarta.

Oleh karena itu, dengan terpilihnya Terawan sebagai menteri kesehatan, artinya sejarah 60 tahun silam kembali terulang. Pertama kali terjadi di zaman Presiden Soekarno, dan kedua kalinya terjadi di zaman Presiden Jokowi.

Selamat bekerja melayani rakyat, Letnan Jenderal TNI (Purn) Dr. dr. Terawan Agus Putranto, Sp.Rad (K)! Semoga Kementerian Kesehatan mampu menorehkan prestasi terbaiknya di zaman kepemimpinan bapak.

Satu lagi, tetap rendah hati, religius, berjiwa sosial tinggi, dan terus menyanyikan lagu "Hidup Ini adalah Kesempatan", sebuah lagu yang mengingatkan setiap orang untuk tidak menyia-nyiakan anugerah kehidupan yang diberikan Tuhan.

***

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] [12] [13]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun