Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Benarkah "Tugas Khusus" Fadli Zon adalah Menjadi Menteri di Kabinet Jokowi?

4 Oktober 2019   23:02 Diperbarui: 4 Oktober 2019   23:08 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mantan Wakil Ketua DPR Fadli Zon di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (30/9/2019) | KOMPAS.com/ Haryanti Puspa Sari

Mengherankan dan menarik diterka, mengapa pada saat Pilpres 2019 kubu pasangan Prabowo-Sandiaga, terutama Partai Gerindra cukup keras berjuang agar memenangi pertarungan, namun di pemilihan pimpinan legislatif (DPR dan MPR) mereka malah terkulai lemas. 

Padahal jika dipahami, tinggal jabatan tertinggi di legislatif itulah yang menjadi harapan mereka satu-satunya yang bisa dimanfaatkan sebagai sarana untuk mengimbangi kekuatan pemerintah.

Kekalahan Prabowo-Sandiaga di Pilpres 2019 adalah kekalahan juga bagi Gerindra. Maka artinya karena gagal merebut kursi tertinggi eksekutif yakni jabatan presiden dan wakil presiden, mestinya kursi tertinggi legislatif wajib direbut supaya tidak dikuasai lagi oleh kubu lawan, partai pendukung pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin.

Bayangkan saja, selain memenangkan pertarungan Pilpres 2019, parpol pendukung Jokowi-Ma'ruf Amin juga turut merebut jabatan pemimpin tertinggi DPR dan MPR. Ketua DPR dijabat oleh Puan Maharani dari PDIP, sedangkan Ketua MPR dijabat oleh Bambang Soesatyo (Bamsoet) dari Partai Golkar.

Lalu apa jatah yang diperoleh Gerindra ? Ternyata cuma jabatan wakil ketua. Di DPR dijabat oleh Sufmi Dasco, dan di MPR dijabat oleh Ahmad Muzani. Baiklah bahwa sudah sedari awal Puan dinominasikan sebagai Ketua DPR terkuat dan pasti terpilih, lalu bagaimana dengan posisi Ketua MPR, bukankah masih jadi rebutan antara Gerindra dan Golkar?

Mengapa akhirnya Bamsoet yang terpilih dan bukan Ahmad Muzani? Menurut informasi, Gerindra bersedia lagi melepas keinginan merebut posisi Ketua MPR karena arahan Prabowo yang sudah berkonsultasi dengan Megawati.

Pertanyaan berikutnya, mengapa keputusan tetap berada di tangan Megawati, dan Prabowo tidak bersikeras meminta jatah Ketua MPR? Ada pertimbangan apa yang dihasilkan oleh Megawati dan Prabowo? Mengapa keduanya tampak makin kompak usai Pilpres 2019?

Masih lanjutan pertanyaan, mengapa Ahmad Muzani yang diusung jadi calon Ketua MPR oleh Gerindra dan bukan Fadli Zon yang notabene adalah mantan Wakil Ketua DPR?

Bagaimana mungkin Fadli Zon sengaja ditarik dari arena kepemimpinan legislatif padahal dia sebenarnya cukup potensial terpilih jadi Ketua MPR karena lebih punya pengaruh dibanding Ahmad Muzani?

Gerindra beralasan Fadli Zon bakal punya "tugas khusus", bolehkah publik tahu dia ditempatkan di bidang apa? Tentu hanya Gerindra dan Fadli Zon yang paling tahu tentang hal itu, yang rasanya tidak mungkin dibeberkan dalam waktu cepat ke publik.

"Pengalaman Pak Fadli biar terbagi untuk bidang yang lain yang selama ini harus ditekuni juga. Pak Fadli ada penugasan lain dari ketua dewan pembina dan Pak Fadli menerima penugasan itu dengan semangat," ujar Ahmad Muzani (1/10/2019).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun